BACA JUGA:Kapokmas, Oh Kapokmas Harga Terus Naik
Melihat kondisi tersebut, maka menerapkan pola hidup sehat merupakan kunci yang dapat meminimalisir seseorang terkena diabetes, baik di usia muda maupun usia lanjut. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan tetapi dapat dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi.
Diabetes dapat dicegah walau ada faktor-faktor yang tidak dapat diubah seperti genetik atau riwayat keluarga, ras, umur, dan jenis kelamin. Namun, dengan aktivitas fisik yang cukup, kontrol berat badan dan lingkar pinggar yang ideal, dan menghindari rokok dipercaya dapat mengurangi risiko diabetes sebanyak 35-53% sekurangnya dalam 5 tahun menerapkan pola hidup sehat.
Genetik memiliki peran penting dalam berkembangnya penyakit diabetes. Setidaknya 6 kali lipat lebih berisiko apabila dalam keluarga ada yang menderita penyakit ini.
Namun, apakah hal ini sama sekali tidak dapat dicegah? Tentu saja bisa. Pola makan kurang gula dan lemak terbukti menurunkan kejadian penyakit ini pada orang-orang dengan garis keturunan diabetes. Semakin muda usia penerapan pola hidup sehat maka akan semakin tinggi efek proteksi tubuh terhadap penyakit ini.
BACA JUGA:Atap Dibiarkan Ambruk, Siswa SMPN 2 Greged Pakai Ruang Laboratorium Komputer dan TU untuk Belajar
Beberapa penelitian seperti yang dilakukan di tahun 2020 menunjukkan bahwa risiko perempuan terkena diabetes sangat erat dengan usia. Bila terkena penyakit ini di atas umur 40 tahun biasanya komplikasi yang akan terjadi di kemudian hari tidak seburuk dibandingkan bila munculnya penyakit ini di usia yang lebih muda.
Terjadinya penyakit ini akibat umur diketahui akibat adanya proses penuaan serta kualitas fungsi organ dan hormonal. Perempuan dianggap lebih berisiko karena pola konsumsi yang cenderung lebih menyukai makanan atau minuman manis, serta olahan tepung walau sejatinya rasio perbandingan antara penderita diabetes perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda.
Konsumsi karbohidrat, protein dan lemak sejatinya akan disimpan oleh tubuh dalam sel otot untuk digunakan sebagai energi saat tubuh memerlukannya. Namun, apabila dikonsumsi secara berlebihan maka akan terjadi penumpukan dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya obesitas. Obesitas tidak hanya menjadi isu terkini di Indonesia, namun juga secara global.
WHO telah menjadikan obesitas sebagai faktor risiko banyak penyakit tentu saja salah satunya ialah diabetes. International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan data sekitar 81% orang dewasa dengan diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. IDF memprediksi jumlah penderita diabetes meningkat menjadi 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045.
BACA JUGA:Dengan Harga Beras Naik, Maka Dasuki Terpaksa Naikan Harga Masakan di Warungnya
Penyakit itu juga bertanggung jawab atas 6,7 juta kematian sepanjang 2021. Untuk mengatasi penyakit itu, dunia setidaknya telah menghabiskan anggaran kesehatan sebesar US$966 miliar, atau sekitar Rp13,5 ribu triliun, meningkat 316% selama 15 tahun terakhir. Jumlah itu hampir setara dengan PDB Indonesia pada 2016 lalu yang mencapai US$931 miliar.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 juga menunjukkan prevalensi Diabetes mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, dari 6,9% menjadi 8,5%. Prevalensi yang terus meningkat semakin dicerminkan dengan posisi jumlah penderita diabetes tipe 1 di RI yang mencapai 41.817 orang pada 2022.
Jumlah ini membuat Indonesia berada di posisi teratas dibandingkan negara-negara anggota ASEAN. Menurut Data dari Institute for Health Metrics and Evaluation menyebutkan Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia pada 2019 yaitu sekitar 57,42 kematian per 100.000 penduduk.
Mayoritas penderita diabetes tipe 1 di Indonesia berusia antara 20-59 tahun, sebanyak 26.781 orang. Sisanya, penderita berusia di bawah 20 tahun sebanyak 13.311 orang dan penderita berusia 60 tahun ke atas sebanyak 1.721 orang.
BACA JUGA:GOW Ciayumajakuning Jadikan Perempuan Mandiri Tanpa Harus Meninggalkan Kodratnya.