Eksistensi AI Pada Generasi Alfa

Ilustrasi--

Oleh: Ami Supriyanti

KECERDASAN buatan atau Artificial Intellegence (AI) adalah teknologi mutakhir yang diprogram untuk mengimitasi pikiran dan perilaku manusia. 

Algoritma mereka dirancang agar mampu membuat keputusan dan menyelesaikan masalah, baik dalam ranah kecil seperti; meniru suara, menulis, mengenali teks, menghitung hingga ke ranah yang lebih besar, yakni menghilangkan polusi, mencari obat dari penyakit, mengatasi kelangkaan sumber daya dan lain sebagainya. 

Sama halnya dengan teknologi-teknologi sebelumnya, AI turut diumpamakan seperti pisau bermata dua. Jika digunakan dengan bijak, maka akan membawa keuntungan, sementara jika disalahgunakan bisa merugikan manusia.

Dilansir dari The Conversation, situs yang menyediakan berita dan opini terakreditasi dari para pakar bahwa Pengusaha Elon Musk dan Ilmuwan Stephen Hawking memperingatkan ancaman AI pada peradaban manusia.

BACA JUGA:Pemilu: Untold Story

Menurut mereka, kuasa AI untuk melakukan segala hal yang bisa manusia lakukan dengan cepat akan mengusik eksistensi manusia. 

Kecepatan itu jika tak terbendung sangat berbahaya, karena sekarang ini semua ilmu pengetahuan bisa diakses dalam ruang digital, misalnya buku elektronik, YouTube, jurnal elektronik dan semacamnya. 

Masalahnya adalah tidak semua yang ada di internet bersifat baik. Adapun otomatisasi AI pada berbagai bidang dapat menggeser posisi manusia tak terkecuali pemuda sebagai generasi alfa.

Generasi Alfa menurut Anastasia Satryo, seorang ahli perkembangan anak Universitas Indonesia adalah generasi setelah Generasi Z, yakni sosok yang melek teknologi sejak belia.

BACA JUGA:Mengatasi Kemacetan, PUPR Percepat Bangun Tol Dalam Kota Bandung

Perjumpaan mereka dengan ponsel, tablet dan sejenisnya sejak dini itu membuat mereka sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan. 

Hal itu menjadikan mereka adaptif terhadap berbagai perkembangan teknologi. Tantangan yang dihadapi generasi alfa berbeda dengan pemuda di zaman sebelumnya.

Kali ini mereka tidak hanya bersaing dengan sesama manusia, melainkan juga berkompetisi dengan teknologi kecerdasan buatan. Tantangan pertama dari AI adalah meningkatnya pengangguran. 

Tag
Share