Awal Ramadan Kemungkinan Berbeda
-ist-
CIREBON - Bulan Ramadan tinggal menghitung hari, persiapannya tampaknya sudah dimulai, tetapi kapan 1 Ramadan akan dimulai. Diprediksi akan ada perbedaan antara pemerintah dengan Muhammadiyah.
Kepala Kemenag Kota Cirebon M Khuailid MPdI, kepada Radar di ruang kerjanya, mengatakan Kementerian Agama (Kemenag) selalu melakukan penetapan awal Ramadan, awal Syawal, hingga awal Dzulhijjah dengan mengadakan sidang Isbat.
Sidang isbat tersebut berdasarkan hasil hisab perhitungan dari Kemenag dan dilaksanakan dengan rukyatul hilal.
Jadi, kata Khuailid, penetapan awal Ramadan dan awal Syawal berdasarkan hisab rukyatul hilal, dan tanggal 29 Syaban jatuh pada hari Minggu, 10 Maret 2024.
BACA JUGA:Ditargetkan Rampung Awal Pekan Depan
Di Jawa Barat bagian timur akan dilakukan pengamatan di Pantai Baro, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon.
”Kami dari Kemenag akan hadir bersama-sama memantau rukyatul hilal dan semua akan melaporkan apakah berhasil melihat hilal atau tidak karena itu menjadi dasar Kemenag dalam melakukan penetapan 1 Ramadan,” tandasnya.
Khuailid tidak menampik bahwa pada penetapan 1 Ramadan ini antara Kemenag dan beberapa organisasi massa ada beberapa perbedaan.
Namun demikian perbedaan ini tidak membuat situasi buruk, melainkan di situasi ini kita bisa saling berbagi secara dewasa.
BACA JUGA:Terapi di Banyu Panas Palimanan Barat: Ada Batas Waktu Berendam untuk Hindari Lemas dan Pingsan
”Jika sudah menjadi keyakinan dan tidak mengganggu keyakinan yang lain, maka tidak ada masalah,” tegasnya.
Khuailid mengakui bahwa beberapa organisasi massa menetapkan berdasarkan hisab wujudul hilal, yaitu jika melihat hilal sudah nol koma sekian derajat maka organisasi tersebut memutuskan awal Ramadan dan memutuskan 1 Syawal.
Kemenag sebenarnya juga melakukan Rukyatul Hilal, semacam konfirmasi hasil hisab melalui pengamatan, ada yang menggunakan metode hisab dan ditambah rukyatul hilal.
Kesepakatan Kemenag se-Asia Tenggara menegaskan bahwa rukyat itu harus dilakukan saat hilal berada pada ketinggian minimal 3 derajat di atas ufuk, jika kurang dari 3 derajat kemungkinan hilal tidak terlihat. Tetapi tetap ada rukyatul hilal di awal dan akhir Ramadan. (abd)