Pakistan Konsisten Boikot Produk Barat Pendukung Israel
Setelah satu tahun serangan Israel di Jalur Gaza, Pakistan konsisten boikot terhadap produk merek asing, khususnya dari negara-negara yang mendukung Tel Aviv.-ANTARA/Anadolu/py-radar cirebon
KARACHI - Boikot merek asing atau produk Barat, terutama dari negara-negara yang mendukung Israel, telah mengubah perilaku konsumen di Pakistan. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan terhadap kualitas produk lokal negara Asia Selatan ini.
Mengutip survei dari lembaga pemikir Pulse Consultant yang berbasis di Karachi, kesepakatan untuk boikot pada bulan September mencapai 68 persen, menunjukkan perlambatan sentimen boikot meskipun masih cukup kuat.
Penurunan ini sebagian disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya kualitas, pasokan yang tidak stabil, dan kurangnya upaya membangun merek oleh perusahaan lokal.
Kampanye boikot ini memang tidak resmi, meski Pakistan secara tegas menentang pendudukan Israel. Namun ada satu hal yang jelas berbeda: di restoran kecil yang berada di distrik timur ibu kota komersial Pakistan, Karachi, tidak ada merek-merek Barat, terutama minuman.
BACA JUGA:Lebih Dari 79% Masjid Hancur
"Pelanggan masih tetap meminta merek lokal, yang secara drastis mengurangi konsumsi produk Barat, terutama minuman dan makanan penutup dalam satu tahun terakhir," kata Wamiq Haris saat mengawasi pelayan di restoran itu kepada Anadolu.
"Selama beberapa bulan terakhir, kami hanya memesan stok terbatas untuk merek internasional seperti soda dan es krim karena permintaannya sangat minim," tambahnya.
Penurunan penjualan minuman asing ini adalah gambaran kecil dari gerakan yang digerakkan secara sosial untuk memboikot produk-produk yang terkait dengan AS dan Eropa di Pakistan di tengah serangan di Gaza.
“Kami mengira boikot ini, seperti kampanye serupa sebelumnya, akan berlangsung beberapa bulan saja, tapi ternyata saya salah. Ini masih berlanjut: orang-orang (masih) cenderung memboikot,” ujar Haris.
BACA JUGA:Relawan Sahabat Dekat Satria Deklarasi Menangkan Ridho-Kamdan
Dari penyedia katering tradisional hingga restoran cepat saji, dari asosiasi pengacara hingga klub sosial, gerakan boikot ini telah meninggalkan jejaknya.
Jumlah pelanggan di jaringan makanan cepat saji Amerika seperti KFC dan McDonald's juga menurun dalam beberapa bulan terakhir, memaksa restoran untuk mengurangi operasional di seluruh negeri.
Penurunan penjualan ini memaksa penutupan salah satu cabang makanan cepat saji asing pertama di Karachi beberapa bulan lalu, yang diluncurkan pada tahun 1990-an.
Asosiasi Pengacara Tinggi Provinsi Sindh bagian selatan, yang melarang penjualan minuman berlabel dan air kemasan di lingkungan pengadilan pada November lalu, tetap teguh pada keputusannya.