Staf Ahli Kapolri: Kasus Vina Cirebon Jadi Sentimen Negatif Polri di Medsos
Staf Ahli Bidang Media Sosial Kapolri Rustika Herlambang mencatat bahwa kasus pembunuhan Vina di Cirebon termasuk kasus besar yang mendapat engagement negatif tinggi di media sosial (medsos). FOTO ANTARA-ist-radar cirebon
Staf Ahli Bidang Media Sosial Kapolri Rustika Herlambang mencatat bahwa kasus pembunuhan Vina di Cirebon termasuk kasus besar yang mendapat engagement negatif tinggi di media sosial (medsos). Yang dimaksud engagement negatif tinggi yakni kasus yang mendapat sorotan tajam dari netizen yang berdampak pada sentimen negatif terhadap Polri.
Selain kasus pembunuhan Vina di Cirebon, Rustika merinci beberapa kasus besar lainnya di antaranya kematian bocah bernama Afif Maulana di Sumatera Barat, penembakan Gamma Rizkynata Oktafandy di Semarang, bentrokan antara warga dan perusahaan di Rempang (Batam), serta pemerasan terhadap puluhan warga negara asing yang mengunjungi Djakarta Warehouse Project (DWP).
Kasus-kasus tersebut mendapat sorotan tajam dari netizen yang berdampak pada sentimen negatif terhadap Polri. “Di antara sekian banyak isu, terdapat harapan-harapan yang disampaikan netizen kepada Polri,” ujarnya.
Disebutkannya bahwa terdapat 2,1 juta unggahan tentang Polri di platform media sosial seperti X (dulu Twitter), Facebook, Instagram, TikTok, dan YouTube sepanjang tahun 2024. Dia menjelaskan bahwa total engagement dari jutaan unggahan tersebut mencapai 53.000.531 dari 430.255 akun.
BACA JUGA:MK Hapus Presidential Threshold, Wamendagri: Revisi UU Pemilu Merujuk Putusan MK
Dari hasil analisis yang dilakukan, Rustika mengungkapkan bahwa unggahan di media sosial yang menampilkan anggota Polri membantu anak-anak sekolah berangkat atau menolong sopir truk mengganti ban bocor ternyata sangat disukai oleh warganet.
“Hal-hal yang menyentuh emosional itulah yang menarik perhatian netizen,” kata Rustika dalam rilis akhir tahun Polri, Selasa (31/12).
Namun demikian, Rustika juga menyoroti sejumlah hal negatif mengenai Polri yang menjadi bahan perbincangan di kalangan netizen. Isu-isu tersebut meliputi tindakan tidak profesional yang dilakukan oleh polisi, seperti penanganan kasus yang buruk, dugaan pemerasan, kekerasan, manipulasi informasi, tindakan berlebihan, hingga lambatnya respons terhadap laporan kejahatan.
Rustika menegaskan bahwa harapan utama netizen kepada Polri adalah peningkatan profesionalitas. “Tidak ada penyalahgunaan wewenang,” tegas Rustika. Selain itu, anggota Polri diharapkan lebih responsif terhadap laporan kejahatan, serta transparansi dalam kasus pelanggaran. Netizen juga menginginkan agar pelayanan polisi tidak diskriminatif dan menggunakan pendekatan humanis dalam penanganan kasus. “Terakhir, penguatan pengawasan internal dan eksternal sangat diharapkan,” pungkasnya. (jpnn)