Tekan Angka Stunting Melalui Program Dashat
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Majalengka (Unma) berkolaborasi dengan TPPS Desa Koreak, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, mengadakan program Dashat.-istimewa-radar majalengka
MAJALENGKA – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Majalengka (Unma) berkolaborasi dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Desa Koreak, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, untuk mengadakan program Dashat.
Dashat, singkatan dari Dapur Sehat Atasi Stunting, merupakan program andalan untuk menekan angka stunting di Desa Koreak.
Ketua kelompok KKN-T Unma Desa Koreak, Widya Ayu Purwanti, mengungkapkan bahwa mereka bekerja sama dengan TPPS Desa Koreak untuk memberikan intervensi kepada ibu-ibu yang memiliki anak balita.
Dari analisis dan intervensi yang dilakukan, Widya menyebutkan bahwa perkembangan anak yang mengalami stunting mengalami penurunan.
BACA JUGA:250 Narapidana Dapat Remisi
“Hasilnya turun 1 persen, dari 42 anak menjadi 39 anak. Dari 42 anak yang mendapatkan pendanaan BKKBN, sebanyak 22 anak menerima pendanaan selama 28 hari pertama,” jelas Widya.
Menurut Widya, pihaknya terus memantau perkembangan selama 28 hari tersebut untuk melihat apakah ada kenaikan atau penurunan berat badan.
Jika berat badan anak turun atau tetap, biasanya anak tersebut sedang sakit.
“Berat badan yang turun atau menetap biasanya menunjukkan bahwa anak sedang sakit,” ungkapnya.
BACA JUGA:Pengabdian Masyarakat Gelar Workshop Yoga
Widya menjelaskan bahwa kolaborasi ini juga melibatkan pemberian pengetahuan tentang menu makanan yang harus mengandung komposisi yang baik, seperti karbohidrat, protein (hewani dan nabati), serta susu.
“Menu makanan tidak harus khusus, melainkan bervariasi. Sebelumnya, makanan hanya terdiri dari sayur sebagai lauk dan buah,” beber Widya.
Mahasiswa KKN-T Unma juga memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu di Desa Koreak tentang pentingnya variasi dalam menu makanan agar anak tidak bosan dan dapat beradaptasi dengan makanan baru.
“Dulu, kata ibu-ibu, anak-anak tidak terbiasa makan makanan seperti itu. Sekarang mereka mulai terbiasa, karena ibu sering menghindari makanan yang tidak disukai anak. Padahal, makanan yang bervariasi penting untuk perkembangan anak,” jelas Widya.