Tekan Angka Stunting Melalui Program Dashat
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Majalengka (Unma) berkolaborasi dengan TPPS Desa Koreak, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, mengadakan program Dashat.-istimewa-radar majalengka
BACA JUGA:684 Napi Dapat Remisi, 7 Langsung Bebas
Di Desa Koreak, beberapa anak tidak makan nasi sehingga harus diberikan sumber karbohidrat pengganti selain kentang. Menu makanan harus sesuai dengan kebutuhan dan usia balita.
“Semua menu telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Contoh menu makanan PMT antara lain rice bowl, ikan, kentang, puding srikaya, telur, dan lain sebagainya,” tambah Widya.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Umar Dani SP MP menambahkan bahwa kolaborasi antara TPPS Desa Koreak dan mahasiswa KKN-T Universitas Majalengka (Unma) menunjukkan hasil yang signifikan.
“Hal ini didukung oleh adanya tenaga ahli dan pelatihan untuk ibu-ibu. Berbeda dengan saat memasak sendiri, ibu-ibu belajar tentang takaran dan teknik yang tepat. Kami memberikan penyuluhan yang mudah dipahami oleh ibu-ibu,” tambah Umar.
BACA JUGA:Seleksi Ketat, Siswa Pilihan Ini Berhasil Kibarkan Bendera Duplikat Sang Saka Merah Putih
Umar mengatakan bahwa program kerja utama ini sesuai dengan program pemerintah untuk menekan angka stunting.
Mahasiswa juga membantu meringankan pekerjaan ibu-ibu dalam penyediaan PMT dan penyelesaian kasus stunting.
Ketua TPPS, Elis Sulistiana, menyebutkan bahwa hasil kegiatan PMT dari kolaborasi ini menunjukkan hasil yang signifikan.
Dari 22 anak yang mengalami stunting, 17 mengalami kenaikan berat badan, 4 anak berat badannya tetap, dan 1 anak mengalami penurunan berat badan.
"Dari segi efisiensi waktu, berkolaborasi dengan mahasiswa KKN-T Universitas Majalengka (Unma) membuat proses lebih cepat.
BACA JUGA:PKS Usung Lucky Hakim-Syaefudin
Misalnya, pembuatan PMT yang biasanya memakan waktu 3 jam, kini hanya memerlukan 1 jam,” ungkap Elis.
Elis mengaku bahwa mahasiswa KKN-T Unma mampu berbaur dengan masyarakat dan perangkat desa dengan baik.
Selama proses kegiatan, tidak ada kendala berarti. Misalnya, dalam pembuatan PMT, mereka memberikan contoh cara merebus puluhan telur tanpa pecah dengan hasil yang bagus.
“Anak-anak dan balita kini lebih menyukai PMT yang sebelumnya tidak mereka sukai. Dengan kebiasaan baru ini, anak-anak mulai mau makan,” beber Elis.