Fikih Pemilihan Kepemimpinan

Ilustrasi--Pixi.org

Oleh: Imam Nur Suharno*

BANGSA Indonesia akan kembali menggelar hajatan lima tahunan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden serta wakil-wakil rakyat untuk DPR, DPD, dan DPRD. Hal ini membuat suasana perpolitikan di Tanah Air semakin memanas. 

Oleh karena itu, agar suasana kondusif tetap terjaga sebelum, selama, dan setelah pemilihan maka diperlukan upaya secara masif mensosialisasikan dan mengimplementasikan fikih pemilihan sebagai bekal bagi masyarakat, calon Presiden dan Wakil Presiden, wakil rakyat, dan para pendukungnya. Melalui fikih pemilihan ini diharapkan terwujud pemilu yang damai dan bermartabat. 

Faktor Kemenangan 

Kemenangan dalam proses pemilihan pemimpin tidak didapat secara instan, akan tetapi diperlukan proses panjang. Ada beberapa faktor kemenangan dalam pemilihan pemimpin yang perlu diperhatikan secara seksama. 

BACA JUGA:Sungai Cibuaya Meluap, 40 Ha Sawah Terendam Banjir

Pertama, sikap konsisten. Sikap konsisten lahir dari sikap percaya diri (optimis) yang kuat, memiliki integritas, dan mampu mengelola emosi secara efektif.

Pemimpin yang konsisten adalah pemimpin yang seluruh hidupnya ditempuh untuk jalan yang lurus. Konsisten adalah prinsip, sedangkan pelanggaran terhadap prinsip berarti pengkhianatan pada cita-cita, dan karenanya menghancurkan struktur karakteristik dirinya.

Kedua, banyak berdoa. Doa merupakan kekuatan tersembunyi yang tidak dapat ditangkap oleh akal manusia dan dapat terjadi secara tiba-tiba.

Doa juga menjadi salah satu faktor penyebab di balik setiap keberhasilan yang dicapai. Hal ini sudah menjadi bukti sejarah sepanjang masa.

BACA JUGA:Bisa Berbentuk Sembako, Money Politics Sulit Dihindari Karena Alasan Membutuhkan Uang

Ketiga, ketaatan terhadap pimpinan. Salah satu faktor kekalahan umat Islam dalam perang Uhud adalah karena melemahnya ketaatan terhadap pimpinan.

Awalnya kaum Muslimin dapat memukul mundur pasukan musuh. Namun, karena tergiur harta yang ditinggalkan musuh, pasukan kaum Muslimin tidak menghiraukan lagi gerakan musuh. Pasukan pemanah pun meninggalkan posnya.

Melihat situasi seperti itu, panglima berkuda pasukan musuh memutar haluan dan balik menyerang pasukan kaum Muslimin. Pasukan pemanah kaum Muslimin berhasil dilumpuhkan dan pasukan infantri dapat dihancurkan musuh.

Tag
Share