Menjaga Nama

Oleh: Abdul Rozak*

ANNA Sabandina tersenyum membaca pesan melalui whatsApp. Pengirim pesan itu minta maaf karena menyapa Anna tanpa menyebut gelar.

Anna telah terbiasa sejak lahir hanya disapa nama. Dia tidak merasa terganggu disapa tanpa gelar. Dia sangat senang disapa namanya, hanya nama.

Nama yang diberikan orang tuanya. Dia menjaga agar nama itu selalu baik dan senantiasa baik. Nama betapa pun juga adalah yang melekat begitu kita lahir.

BACA JUGA:Cuaca Ekstrem, Waspadai Distribusi Pangan!

Anna selalu menjaga dengan perilaku yang tidak menjadikan namanya “rusak”. Gelar itu datang belakangan dan itu tidak akan hilang pada waktunya. Sebutan jabatan tertentu akan hilang dengan habisnya masa jabatan itu. 

Semua orang selalu ingin namanya baik. Nama bagi setiap orang adalah dirinya. Pada saat namanya disebut dirinya yang menyahut.

Nama itu menelusuri semua anggota tubuhnya dan memeriksa ucapan yang didengarnya. Seluruh anggota tubuhnya akan baik-baiknya saja, jika namanya disapa sesuai dengan keinginannya.

Anna Sabandina ingat suatu peristiwa. Salah seorang temannya, akademisi cukup terkenal, banyak kiprahnya, dan memberikan kuliah di beberapa perguruan tinggi dan juga sering menjadi penguji.

BACA JUGA:Musnahkan Ribuan Botol Miras Hasil Operasi Pekat Lodaya II

Teman baik ini menolak undangan sebagai penguji pada salah satu perguruan tinggi karena salah menulis namanya.

Teman Anna ini beranggapan bukan dia yang diundang karena namanya tidak dicantumkan pada undangan itu. Nama ditulis dengan “tangannya” sendiri.

Kita harus selalu ingat bahwa nama itu selalu yang pertama disebut. Pada kondisi apa pun jika namanya disebut, seluruh anggota tubuhnya akan merespons.

Semua orang selalu berkeinginan namanya bersih, tidak tercoreng. Oleh karena itu, semua orang akan menjaga dengan kemampuan yang ada pada dirinya pada saat namanya diganggu.

Tag
Share