Segmentasi Konten Sosial
Ilustrasi konten sosial.-istimewa-
BACA JUGA:Ubah Sampah Lebih Ekonomis
Bahkan, membiarkan anak terus-menerus menyaksikan tontonan anak dapat meningkatkan risiko depresi pada anak, antisosial, dan gangguan kesehatan mental.
Salah satu pemicu anak melakukan kekerasan saat ini banyaknya sinetron, film isinya selalu menayangkan kekerasan, mengejek, memaki maki, bully terus marah, nah itu yang menjadi bagian perilaku dari anak.
Contoh kasus di atas adalah implementasi sosial yang dilakukan anak akibat paparan siaran yang tidak memenuhi aspek informasi, pendidikan, hiburan yang sehat dan tidak sesuai dengan klasifikasi usia.
Maka dari itu seminimal mungkin publik dapat memahami siaran yang layak untuk anak sesuai dengan klasifikasinya.
BACA JUGA:Sanggar Literasi AGP Gandeng Kemdikbud-Ristek Gelar Tiga Lomba
Konten siaran sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak dalam rangka mewujudkan kepentingan terbaik bagi anak.
Saat menjalani fase tumbuh-kembang, anak-anak melewati tahap perkembangan progresif, dari lahir hingga dewasa.
Faktor lingkungan, genetik, dan budaya dapat memengaruhi perkembangan anak serta seberapa cepat mereka berkembang dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Melansir American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, terdapat setidaknya 5 dampak buruk bila orang tua memberi ruang kebebasan bagi anak untuk menonton televisi, yaitu:
BACA JUGA:Ateng Bagi-bagi Sepeda Listrik dan Sepeda Gunung
Masalah perilaku yaitu anak usia sekolah dasar yang menonton televisi atau menggunakan komputer lebih dari 2 jam per hari lebih cenderung memiliki masalah emosional, sosial, dan perhatian.
Masalah pendidikan di antaranya adalah anak-anak usia sekolah dasar yang memiliki televisi di kamar tidur mereka akan cenderung mendapatkan hasil lebih buruk dalam tes akademik.
Sisi Obesitas, terlalu banyak waktu untuk melakukan aktivitas yang tidak banyak bergerak, seperti menonton televisi dan bermain video game, dapat menjadi faktor risiko kelebihan berat badan.
Masalah tidur, meskipun banyak orang tua menggunakan televisi untuk bersantai sebelum tidur, waktu menonton sebelum tidur dapat menjadi bumerang. Cahaya yang dipancarkan dari layar mengganggu siklus tidur di otak dan dapat menyebabkan insomnia.