CIREBON- Sekjen DPN Partai Gelora, H Mahfuz Sidik MSi, berbicara mengenai Prabowo Subianto dan kepentingan strategis umat.
Sebagai kekuatan tengah, apakah capres Prabowo mampu memperjuangkan kepentingan strategis umat? Berikut tanya jawab lengkap dengan Mahfuz Sidik.
Tanya:
Pada Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo didukung kuat oleh kelompok-kelompok umat Islam. Sementara pada 2024 ada indikasi terbelah dukungannya. Bagaimana Pak Mahfuz melihat hal ini?
Jawab:
Ya itu fakta sejarah. Banyak kelompok-kelompok umat Islam mendukung Pak Prabowo, bahkan sangat militan. Fakta lainnya ya Pak Prabowo kalah di dua pilpres itu dari pak Jokowi.
BACA JUGA:Jamu Nomor Satu
Tanya:
Apakah kekalahan itu karena faktor Prabowo, sehingga ada pembelahan kepada tokoh lain pada Pilpres 2024 ini?
Jawab:
Tidak ada faktor penyebab tunggal, dan figur Prabowo bukan penyebab kekalahan. Perlu dipahami bahwa suara politik umat dalam konteks pemilu memang belum mayoritas.
Sejak Pemilu 1955 sampai 2019, suara politik umat itu maksimal 30%. Kolam terbesar suara politik di Indonesia itu ada di tengah.
Itu yang menjelaskan kenapa pada pilpres 2009, SBY bisa meraih suara 60% padahal ada 3 paslon. Juga itu yang menjelaskan kenapa Golkar di era Orde Baru mencapai minimal 70% di setiap pemilu.
BACA JUGA:Kemenag Bina Pengurus Masjid Se-Kota Cirebon
Tanya:
Artinya jika ada paslon dalam pilpres melabelkan dirinya sebagai perwakilan politik umat dapat dipastikan akan kalah?
Jawab:
Matematika pemilunya akan begitu, meski tidak ada yang mustahil dalam politik. PDIP misalnya menang dalam pilpres 2014 dan 2019, kenapa bisa? Karena sebagai partai di kuadran kiri, PDIP dapat mambangun dukungan dengan kekuatan di kuadran tengah.
Nah, pada pilpres 2024, PDIP mengalami perpecahan karena posisi Presiden Jokowi ada bersama Prabowo. Sementara Prabowo berkoalisi dengan kekuatan-kekuatan tengah, seperti Golkar dan Demokrat dan juga kanan, seperti PAN, PBB dan Gelora.
Tanya:
Lantas bagaimana umat memperjuangkan kepentingan strategisnya pada setiap pemilu?
BACA JUGA:Pisah Sambut Walikota Cirebon tanpa Kehadiran Nashrudin Azis