Jamu Nomor Satu
Jalan Cipto Mangungkusumo Kota Cirebon yang tampak masih berlubang, Kamis 14 Desember 2023.-seno dwi priyanto-radar cirebon
Catatan Yanto S Utomo, CEO Radar Cirebon Group
TAK peduli dengan istilah Plt, Plh, atau Pj. Sekarang Cirebon sudah memiliki walikota baru. Yang bakal memimpin kota ini selama setahun ke depan.
Walikota yang baru ini namanya sudah tak asing lagi: Agus Mulyadi. Walau pakai embel-embel Pj (penjabat), tapi tongkat komando memimpin kota ada padanya. Apalagi, pria yang akrab disapa Gus Mul ini juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon. “Hitam-putih” kota ini, dia sangat tahu persis.
Sosok yang sedang menyelesaikan program doktoral ini juga sangat tahu, apa saja yang harus dikerjakan. Dari “cuci piring”, hingga melakukan sesuatu yang baru.
BACA JUGA:Pisah Sambut Walikota Cirebon tanpa Kehadiran Nashrudin Azis
Banyak pekerjaan rumah menanti pria berpostur tinggi besar ini. Terutama menuntaskan apa yang belum tuntas di zaman Azis-Eti. Atau melakukan terobosan baru membangun kota ini.
Memang hanya sekitar 1 tahun. Terasa berat untuk menyelesaikan banyak pekerjaan rumah yang belum rampung. Ditambah, banyak pula kemauan dari masyarakat agar kota ini berubah lebih baik.
Di antara banyak persoalan yang harus dikerjakan, seharusnya Gus Mul mendengarkan juga keluhan dan aspirasi dari masyafakat. Pak Wali pun saya yakin juga sudah mendengarnya.
Di antaranya yang mendominasi adalah soal jalan rusak. Bukan hanya di pinggiran, di jalan utama tengah kota pun banyak jalan tidak layak. Seperti Jl Cipto, Wahidin, dan Siliwangi. Maaf, jalan-jalan tersebut banyak yang keriting, bopeng, dan berlubang tak beraturan.
BACA JUGA:Bupati Cirebon Gelar Mutasi, Ini yang Terakhir?
Belum lagi jalan-jalan di pinggiran. Misalnya yang saya tahu, Jl Perjuangan, terutama di Majasem, kondisinya memang sudah tidak layak disebut kota. Masih banyak lagi jalan lain yang kondisinya memprihatinkan.
Soal yang satu ini harus menjadi prioritas utama dan pertama. Dibanding dengan yang lain, persoalan jalan ini langsung bisa dilihat, dirasakan, dan bahkan dinilai oleh masyarakat banyak.
Misalnya, ingin unjuk gigi keberhasilan penurunan stunting, masyarakat masih belum bisa merasakan secara langsung. Bukan berarti program ini tidak penting, tapi butuh waktu yang lama. Tak cukup hanya setahun.
Karena itu, saya memohon agar program selama setahun ini adalah “Jamu” alias “jalan mulus” yang dinomorsatukan. Saya pikir, dengan waktu yang pendek, program ini bisa dilakukan oleh Pak Wali dan jajarannya.
BACA JUGA:Warga Tak Dapat Bansos, Somasi PT Pos, Lurah dan Ketua RW