Jawab:
Pertama, umat Islam di Indonesia harus dapat mengintegrasikan kepentingan umat dengan kepentingan negara. Jangan ada lagi ada kelompok yang punya pemikiran memilah antara umat dan negara.
Antara agama dan Pancasila atau Konstitusi jangan lagi dipertentangkan. Kedua, politik umat harus berpusat di tengah sesuai prinsip ummatan wasathan. Namun mampu menjangkau segmen yang paling kanan sekalipun.
Misalnya kelompok yang mengharamkan demokrasi, partai dan bahkan anti-negara.
Dan ketiga, ketika kekuatan politik umat belum tumbuh besar, maka pilihlah kekuatan politik yang besar peluang menangnya.
Tanya:
Apakah umat tidak jadi sangat pragmatis?
BACA JUGA:PPPK Guru Masih Belum Diumumkan
Jawab:
Ketika yang ideal belum bisa dicapai, maka akan selalu ada campuran unsur pragmatis. Coba misalnya capres Anies Baswedan diklaim sebagai calon dukungan umat. Bukankah pengusung utamanya partai nasionalis? Atau capres Prabowo disebut bukan dukungan umat?
Nyatanya pada pilpres 2014 dan 2019 didukung kuat oleh kelompok umat. Lalu alasan apa untuk mengatakan ada yang berbeda pada kali ini?
Tanya:
Sebagai kekuatan tengah, apakah capres Prabowo mampu memperjuangkan kepentingan strategis umat?
Jawab:
Definisikan dulu apa itu kepentingan strategis umat? Jika kepentingan umat itu sama sebangun dengan kepentingan rakyat Indonesia, maka sangat pasti diperjuangkan.
BACA JUGA:Bupati Cirebon Gelar Mutasi, Ini yang Terakhir?
Bukankah rakyat Indonesia itu mayoritasnya umat Islam? Apa yang membedakannya antara rakyat dengan umat? Bahkan rakyat juga berasal dari bahasa Arab, yaitu raiyah.
Masalah utama umat adalah kebutuhan akan pendidikan yang baik dan kebutuhan akan peningkatan kemampuan ekonomi. Itu juga kan masalah utama rakyat Indonesia.
Tanya:
Mungkin keberpihakan yang khusus terkait dengan keumatan?
Jawab:
Saya ambil contoh isu Palestina. Siapa dari umat yang tidak peduli masalah Palestina? Banyak yang demo, memberikan donasi dan mendoakan kemerdekaan bangsa Palestina.
BACA JUGA:Warga Tak Dapat Bansos, Somasi PT Pos, Lurah dan Ketua RW
Tapi seorang Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, dengan kuasanya menugaskan pesawat TNI AU mengirim bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza, juga mengirim rumah sakit kapal TNI AL. Sebagai pribadi, beliau menyumbang dana 5 miliar langsung diserahkan kepada salah seorang tokoh perjuangan dari Gaza.