”Memang terlihat sempit, tapi setiap ada yang meninggal, masih ada lahannya yang kosong. Bukti nyata bahwa mereka tetap dikuburkan di sekitar sini,” jelas Murni.
BACA JUGA:Lindungi Perempuan dan Anak, DPPKBP3A Gelar Pelatihan
Selama tinggal di sana, Murni mengatakan bahwa saat pandemi Covid-19 merupakan masa dengan jumlah kematian tertinggi.
Semuanya dikuburkan di TPU Kemlaten. Bahkan aktivitas pemakaman hampir tidak pernah berhenti 24 jam.
”Gali kubur dimulai dari jam 5.30 pagi hingga jam 3 pagi keesokan harinya. Hampir 24 jam. Paling banyak 10 orang yang meninggal dalam sehari saat pandemi,” ungkap Murni.
Meski ada makam baru, warga tidak kehilangan semangat. Mereka sudah terbiasa.
BACA JUGA:Kamboja vs Indonesia, Berharap Langsung Kunci Semifinal
Urban legend tentang hantu atau hal serupa sudah tidak menakutkan lagi.
”Pada malam hari, banyak anak-anak yang nongkrong di sini. Apalagi di malam minggu, mereka bermain petak umpet di pemakaman. Hantu lebih takut pada manusia di sini, bukan sebaliknya,” kata Murni dengan candaan.
Roma Rotama, warga setempat, menyebutkan bahwa beberapa makam dibuat bertumpuk atas permintaan keluarga yang sama.
BACA JUGA:Mulai 1 Agustus, Sekda Dian Mulai Cuti di Luar Tanggungan Negara Hingga 22 September
”Baik suami atau istrinya, atau kakak/adik. Ini bukan karena kekurangan lahan,” terangnya.
Roma menambahkan bahwa meskipun area pemakaman semakin berkurang, tetapi hingga saat ini masih ada ruang kosong di antara makam-makam.
”Masih ada ruang tersisa karena luas areanya juga. Jika ditelusuri, masih ada celah yang kosong di antara pemakaman,” tambahnya.