Pengerjaan yang paling dasar dari pemasangan geotekstil untuk memisahkan tanah dan konstruksi lapangan. Setelah itu dilanjutkan pemasangan pipa HDPE Korougeted untuk penyerapan air, kemudian batu pecah 2/3 dan batu skrin setebal 5 cm ke seluruh lapangan sepakbola.
“Kalau batu skrin dan batu pecah sudah, kita pakai pasir setebal 25 cm. Kebutuhan pasir agak sulit mencarinya. Karena kalau pasir di Cirebon ada kandungan garamnya. Sehingga, tidak cocok dengan rumputnya. Jadi kebutuhan pasir kita ambil dari Sumedang," katanya.
Untuk rumput, ia mengklaim tidak sembarangan. Sutadi Sukarya sampai melakukan studi banding ke PSSI untuk mencari rumput yang cocok dengan iklim di Cirebon. Kata dia, hanya dua jenis rumput yang cocok untuk cuaca di Indonesia. Yakni, Zoysia Japonica dan Zoysia Matrella. “Kita menggunakan rumput natural. Karena keterbatasan anggaran, jadi pakai Zoysia Japonica," terangnya.
Kata dia, perawatan rumput Zoysia Japonica juga lebih mudah. Yakni tinggal pemupukan, mencabut rumput liar, dan ulet. Untuk penyiramannya, air di Stadion Watubelah dinilai dalam kondisi bagus dan cocok untuk rumput Zoysia Japonica.
BACA JUGA:Baznas Sosialisasi dan Distribusi ZIS
Ia juga membuat lapangan sepakbola tersebut seluas panjang 110 meter dan lebar 72 meter. Namun, yang dijadikan untuk pertandingan sepakbola panjang 105 meter dan lebar 65 meter. Tidak hanya itu, lapangan dibuat lebih tinggi 5 derajat ke tengah. “Tapi kalau kita lihat, seperti rata," jelasnya. (cep)