Oleh: Syarifuddin
KREATIVITAS berbahasa memang selalu mengikuti karakteristik zaman. Dalam konteks kekinian, istilah “skena” tengah viral dan mengisi perbincangan pada demografi tertentu.
Kata tersebut awalnya muncul dalam percakapan sehari-hari anak muda hingga menjadi kata populer pada komunitas yang lebih besar. Skena berasal dari serapan kata bahasa Inggris scene yang konon pertama kali digunakan pada tahun 1940-an.
SEBUAH INTRODUKSI
Dalam sejarahnya, istilah scene muncul untuk komunitas seni yang tidak umum, semisal band indi atau genre musik yang tidak populer di masyarakat umum. Komunitas tertentu juga didasarkan pada adanya kesamaan minat terhadap hal tertentu, seperti musik, film, dan hobi lainnya, lalu menjadi perkumpulan kolektif hingga bertukar informasi terkait hal yang disukainya.
BACA JUGA:Menentukan Kiper Utama Real Madrid, Lantas Siapa yang Akan Menggantikan?
Lebih jauh, kaum skena sering sekali dikonotasikan sebagai komunitas yang anti-mainstream dan lebih memiliki kebebasan. Menariknya, kaum skena juga mulai diberi stigma negatif karena adanya kebiasaan mereka dalam melakukan kritik kepada kalangan lain.
Misalnya, dalam konteks komunitas musik, kaum skena dianggap sebagai perkumpulan penggemar musik yang malah memiliki budaya kritik-mengkirik di kalangan penikmat musik lainnya. Kritik tersebut dipantik dengan kecenderungan untuk mendewakan musik indi dan menjadikan musik pop (populer) sebagai pilihan yang ‘biasa’ dan ‘ga keren’. Seolah, penikmat musik berkelas adalah mereka yang menyenangi karya-karya dari Danilla, Fourtwnty, Float, Coldiac, Mocca, Biru Baru, dan sejenisnya.
Dari penilaian dan pemihakan yang terlalu ekstrem tersebut, akhirnya muncul pihak-pihak yang merasa ‘si paling ngerti musik’ dan disebut sebagai polisi skena. Dinamakan demikian karena mereka kerap memberikan justifikasi negatif kepada genre musik tertentu yang tidak memenuhi kategori ‘musik keren’ versinya.
Lebih jauh, polisi skena bahkan dapat mengomentari selera dan cara menikmati musik dari seseorang. Bukankah praktik semacam ini justru sebuah penghakiman dan membatasi kenikmatan sebuah karya? Justru, nuansa yang muncul adalah pemaksaan mengenai musik apa yang harus didengar dan yang tidak.
BACA JUGA:PSG Juara Piala Super Prancis usai Taklukkan Toulouse 2-0
Dalam referensi lain, skena merupakan akronim dari sua, cengkerama, dan kelana. Dari sini dapat ditangkap nuansa makna kolektivitas dalam sebuah pertemuan (sua), percakapan (cengkerama), dan perjalanan (kelana). Perkumpulan kolektif semacam ini tentu saja dapat tercipta karena adanya kesamaan minat, cara pandang, dan tujuan.
Oleh sebab itu, skena sebetulnya dapat menjadi sebuah istilah yang dapat digunakan pada berbagai konteks untuk menunjukkan adanya intensi perkumpulan yang menghimpun kesamaan minat dan cara pandang. Misalnya, perkumpulan tersebut merupakan pemggemar musik punk, maka mereka dapat disebut sebagai Skena Punk.
SELALU TENTANG RELASI KUASA
Karena basis skena adalah ihwal kolektivitas, maka para pihak yang bergelut dengan praktik komunikasi politik sesungguhnya dapat disebut hidup pada skena komunikasi politik. Politik, mau senormatif apapun definisi yang disusun, pada akhirnya adalah tentang merebut atau mempertahankan kekuasaan. Tidak ada hubungan antarmanusia yang lebih langgeng daripada hubungan kekuasaan.