Penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD) dan tuberkulosis (TBC) masih menjadi isu yang cukup serius.
Pada tahun 2024, kasus DBD di Kabupaten Cirebon menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, pada minggu ke-35 di tahun 2024, tercatat ada 1.431 kasus DBD dengan 6 kasus kematian.
“Kasus DBD yang cukup tinggi tersebut, menunjukkan bahwa upaya pengendalian belum maksimal,” ujar Pj Bupati Cirebon Drs H Wahyu Mijaya SH MSi.
Tidak hanya itu, lanjutnya, penanggulangan kasus TBC juga menghadapi kesulitan. Sampai dengan bulan Agustus hanya sekitar 444 kasus.
Sedangkan untuk kasus-kasus seperti HIV juga masih menjadi perhatian, dengan cakupan skrining yang belum optimal, hanya mencapai 46,874 dari target.
“Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan peningkatan dalam deteksi dan pengobatan penyakit menular,” ujar Wahyu saat membuka acara rapat koordinasi (rakor) Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon di salah satu hotel di Kedawung, Selasa (10/9).
Dalam Rakor tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon mengajak semua elemen masyarakat untuk terlibat dalam pencegahan serta deteksi dini penyakit yang ada di wilayahnya.
Wahyu berharap, sinergi dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan. Karena, dibutuhkan peran aktif dari setiap sektor, baik pemerintahan, kesehatan, pendidikan, organisasi profesi, dan masyarakat umum.
Ia menilai, rakor ini menjadi wujud komitmen untuk bersama-sama membangun sistem kesehatan yang tangguh, responsif, dan adaptif terhadap berbagai ancaman kesehatan di masa mendatang.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, dr Hj Neneng Hasanah MM mengakui adanya kenaikan yang cukup signifikan kasus DBD pada tahun 2024 ini. Sejauh ini, pihaknya juga melakukan antisipasi agar tidak ada kasus DBD yang menyebabkan meninggal dunia.
Tidak hanya itu. Untuk antisipasi juga diperlukan adanya inovasi dari semua elemen masyarakat. Neneng mencontohkan, satu keluarga ada jumantik (seorang mencari jentik, red), sehingga setiap minggu harus memeriksa jentik nyamuk yang ada di dalam rumah.
“Ini jadi inovasi daerah atau kecamatan yang menjadi satu daerah endemis dengan jumlah kasus banyak dan adanya kematian, ini harus didorong dengan adanya inovasi tersebut,” katanya. (cep)