Maestro Tarling Klasik Tutup Usia: Pentas Pertama dan Terakhir di Gedung Negara Cirebon

Maestro Tarling Klasik Djana Partanain atau Mama Djana menghembuskan napas terakhir, Rabu (31/7/2024).-istimewa-radar cirebon

CIREBON- Maestro Tarling Klasik Djana Partanain atau Mama Djana menghembuskan napas terakhir di RS Pelabuhan Cirebon, Rabu (31/7/2024). Pukul 05.15 WIB. Sehari sebelum dirawat, laki-laki 88 tahun itu tampil di Gedung Negara Cirebon. Di mana, jadi lokasi pertama dan terakhir pentas.

“Tahun 1946 awal pentas di Gedung Negara Cirebon. Saat itu (Gedung Negara) kerap ada kunjungan dari Pak Soekarno (Presiden pertama RI). Ini mau pulang (meninggal, red) pentas lagi di situ,” tutur anak bungsu Mama Djana, Totong Firdaus kepada Radar Cirebon di rumah duka, RT/RW 4/1, Kebonbaru, Kota Cirebon, Rabu (31/7/2024).

Anak ketiga dari 4 bersaudara itu, menghadiri undangan dari Disbudpar Kota Cirebon. Jumat (26/7) malam di Gedung Negara, Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon.

Totong mengatakan, latihan untuk persiapan pentas terakhir tersebut dilakukan sejak siang hari. Bersama anak didik yang tergabung dalam Sanggar Candra Kirana milik almarhum yang meninggalkan 4 anak dan 9 cucu itu. Juga bersama salah seorang cucu yang disebut-sebut sebagai penerus Mama Djana, yaitu Arif Muarif.

BACA JUGA:Tak Ada Kuota Susulan

Tak ada firasat apapun. Ia bergegas bakda Isya. Arif sudah membatasi kakeknya, cukup 1 jam bermain. Selebihnya, diserahkan ke anak-anak didik Mama Djana. Tampaknya itu tak digubris. Sejak pukul 20.00 Mama Djana tampil hingga larut malam atau pukul 23.00 WIB.

“Keluarga sudah melarang agar bapak tidak usah ikut main. Karena sudah tua, kasihan lah. Biasanya main (tarling) setengah jam, itu sampai malam," lanjut Totong.

Pentas berjalan lancar. Seperti yang sudah-sudah. Besoknya atau Sabtu (27/7) menjelang siang, keluarga dibuat khawatir. Mama Djana batuk dan ada bercak darah. Sesak napas. Keluarga memutuskan membawa ke pelayanan kesehatan terdekat: RS Pelabuhan. “Awalnya bapak ngga mau dibawa ke RS, tapi dipaksa sama anak-anak," jelas Totong.

Dibonceng menggunakan motor, Mama Djana menuju RS. Masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dirontgen. Ketika akan berpindah ruangan, Mama Djana tak sadarkan diri. Koma selama 2 hari. Baru siuman, Senin malam (29/7).

BACA JUGA:Aeron Randi Dilantik Menjadi Pj Sekda

“Malam itu sempat minta pijit. Masih komunikasi, kalau kita kuatkan: 'sudah pak yang sabar' malah bapak nangis. Saya mengira sih sudah sehat saja," kata Totong.

Keluarga tak menyangka. Dua hari setelah siuman, Mama Djana berpulang. Totong mengatakan, ayahnya menderita sakit paru-paru dan darah tinggi. Sudah sejak lama.

Di saat-saat terakhir, Mama Djana masih aktif berkesenian. Selain rutinan pada Jumat malam, juga ada agenda Malam Minggu di Balai Kota yang merupakan program Pemkot Cirebon. Mama Djana aktif di sana, setiap Sabtu malam. “Selain sehari-hari di rumah, bapak memang selalu bermain gitar di waktu senggangnya. Jadi aktif, sehat, pikun juga ngga," jelas Totong.

Ia menambahkan, ayahnya termasuk pelestari kesenian tarling klasik orisinal. Mama Djana, kata Totong, tak mau tarling klasik dicampur atau kolaborasi dengan musik modern.

Tag
Share