Pemilu Awal Radar Cirebon, Elektabilitas Eti Belum Terkejar Kandidat Lain

Pemilu Awal di RW 08 Karang Anom, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Tampak tim Pemilu Awal menjelaskan kepada warga tentang pilkada dan para tokoh yang berpeluang maju pada Pilkada Kota Cirebon.-abdul hamid-radar cirebon

BACA JUGA:15 Anggota Panwascam Dilantik

Responden yang ditargetkan, tentu yang telah memiliki hak pilih. Lebih dari 20 foto tokoh yang selama ini namanya sudah disebut-sebut akan maju sebagai bakal calon kepala daerah, ditampilkan dalam kertas suara Pemilu Awal.

Untuk mengukur tingkat popularitas, tim Pemilu Awal meminta kepada para responden untuk menceklis tokoh-tokoh yang dikenalnya. Dalam hal ini, rata-rata warga atau responden menceklis tiga hingga empat foto bakal calon.

Sementara untuk mengukur tingkat elektabilitas, responden diminta menjawab satu nama yang ia pilih jika pilkada digelar hari ini. Responden bisa menjawab tidak tahu atau abstain jika ia belum menetukan bakal calon pilihannya.

WARGA: SAYA MAU PILIH WALIKOTA YANG BISA ATASI BANJIR
Warga RW 08 Karang Anom sendiri tak sekadar memilih. Mereka juga menitipkan harapan kepada calon pemimpinnya nanti. Dari yang perlu dibenahi, di antaranya menyoroti identitas Kota Wali Cirebon yang kian memudar.

BACA JUGA:NU Mendidik Kader Menjadi Penggerak NU

“Katanya Cirebon itu Kota Wali. Tapi, masyarakat Cirebonnya sendiri, khususnya anak muda, nggak bisa bahasa Cirebon. Apalagi bahasa bebasan Cirebon, sangat jarang terdengar," ucap Martono, warga RT/RW 2/8 kampung setempat.

Pemimpin akan datang, kata Martono, diharapkan mampu mengembalikan identitas Cirebon sebagai Kota Wali. Misalnya, katanya, dengan memperkenalkan budaya keraton di Cirebon. Pun dengan cara lain yang diperkenalkan sejak dini atau pada usia sekolah dasar. “Budaya Cirebon harus diperkuat lagi. Dipertahankan. Walikota sebagai pemimpin harus bisa mengembalikan itu semua," tukasnya.

Tohari, warga lain, cenderung pesimistis terhadap pembangunan di Kota Cirebon. Khususnya yang menyangkut persoalan yang kerap dialami warga Karang Anom itu sendiri. “Sering banget banjir di sini dari dulu. Itu saja minimal yang harus bisa dibenahi. Banjir dan jalan rusak, kalau itu tuntas berarti hebat," ungkapnya.

Banjir di Karang Anom, jelas Tohari, bukan sekadar di jalan atau pekarangan. Tapi seringkali hingga meluber ke dalam rumah. Bahkan sesekali, katanya, tak kunjung surut. Berhari-hari. "Tahun kemarin banjir sampai dalam rumah. Kalau air laut lagi pasang, tambah lama lagi surutnya," jelas Tohari.

BACA JUGA:Musda APPSI Kota Cirebon, Romy Raih Suara Terbanyak

Sementara Sukirno, mengatakan upah minimum regional (UMR) Kota Cirebon kecil. Tak sebanding dengan kebutuhan sehari-hari yang harus dikeluarkan. Katanya, harga kebutuhan di kota ini tak jauh beda dengan kota-kota besar atau industri seperti Jakarta, Bekasi, atau Karawang. “Tapi upah minimumnya beda jauh, hingga 2 kali lipat," sesalnya.

Ia berharap ada peningkatan upah pegawai di Kota Cirebon. Pemkot Cirebon pun diminta mengkaji lebih terperinci persoalan UMR tersebut. Sehingga, kata dia, pekerja mendapatkan upah yang layak. "Diharapkan mampu mengurangi angka kemiskinan juga," tandasnya.

Aspirasi juga disampaikan Andi, warga RT 01 RW 08 Karang Anom, Kelurahan Pegambiran. Ia mengatakan setiap kali musim hujan, kawasan itu kerap tergenang banjir dalam waktu yang cukup lama. Wilayah RT 01 yang berada tepat di antara ruas jalan nasional menjadi lokasi yang cukup parah.

“Kalau hujan deras, hampir dipastikan daerah sini tergenang sampai 50 cm. Kadang sampai masuk dalam rumah, walaupun terasnya sudah pada ditinggikan, " ungkapnya kepada Radar Cirebon.

Tag
Share