Seberapa Sering Kebohongan Terucap?
Ilustrasi--
BACA JUGA:Bupati Imron Minta PKK dan DWP Tingkatkan Kualitas SDM
Hal ini yang menyebabkan sebuah informasi, meskipun sebenarnya hoaks, akan tetap menyebar melalui ruang-ruang privat media sosial.
Kondisi ini memunculkan apa yang disebut sebagai efek filter bubble (situasi ketika para pengguna media sosial cenderung hidup dalam gelembung keyakinannya sendiri.
Akibatnya, terjadilah polarisasi masyarakat dalam realitas media sosial yang berpotensi memunculkan polarisasi dalam kehidupan nyata.
Akibat paling fatal dari amplifikasi kebohongan adalah luruhnya batas antara kebenaran dan kebohongan. Akal sehat menjadi lumpuh.
BACA JUGA:Bupati Imron Buka Pameran Keris Nasional
Daya kritis terhadap sebuah informasi mati seketika. Yang mengemuka kemudian hanya sebatas opini, emosi, keyakinan pribadi, dan kepentingan pribadi.
Kalau hal ini sampai terjadi, maka benarlah apa yang sedari dulu telah diucapkan oleh Jozef Goebbels (Menteri Propaganda pada era Nazi Jerman), yaitu "Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik.
Kebohongan yang diulang-ulang akan diterima sebagai kebenaran”. Dalam realitas masyarakat yang memandang kebohongan sebagai kebenaran seperti ini, sungguh diperlukan kemampuan mengambil jarak, melihat fakta secara jernih dan menimbang kebenaran.
Kebohongan dalam Komunikasi Politik
BACA JUGA:Beranikah Batalkan Perda PBB-P2?
Di awal telah banyak disinggung bahwa kebohongan pribadi akan merusak harmoni antarpribadi. Selain itu, ada juga pertentangan moral yang menimbulkan penghinaan terhadap martabat dari orang yang dibohongi.
Dalam konteks politik, kebohongan memiliki potensi menciptakan polarisasi terhadap eksistensi sebuah informasi. Polarisasi tersebut yang menyebabkan terciptanya konflik dan perbedaan pandangan politik yang ekstrem.
Post-truth dan hiperrealitas adalah keniscayaan dalam penurunan kapasitas masyarakat secara umum dalam menimbang kebenaran sebuah informasi.
Di sisi lain, politik, insititusi politik, atau jabatan politik pasti mengedepankan citra (image) untuk memancing dampak elektoral dan kemudian mempertahankan kekuasaan.