Kurikulum Cinta untuk Pendidikan

ilustrasi-istimewa-
BACA JUGA:Usai Tarawih Langsung Donor Darah
Untuk memastikan keberhasilan Kurikulum Cinta, sangat penting agar guru-guru mendapatkan pelatihan yang memadai tentang cara mengajarkan nilai-nilai kasih sayang dan empati kepada siswa.
Pelatihan ini bisa berupa workshop yang fokus pada keterampilan sosial dan emosional, serta cara mengelola kelas dengan pendekatan berbasis kasih sayang.
Dengan keterampilan ini, guru dapat menciptakan suasana belajar yang mendukung perkembangan karakter siswa secara menyeluruh.
Di era digital, media sosial memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola pikir dan sikap generasi muda. Guru agama dituntut untuk menguasai media sosial karena kebanyakan siswa menghabiskan waktu berselancar di dunia maya.
BACA JUGA:Jaga Tradisi Rutin Tiap Ramadan
Guru bisa memanfaatkan media sosial untuk mengedukasi mereka tentang penggunaan media sosial yang bijak, yang mengedepankan prinsip toleransi dan kasih sayang. Guru memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman keagamaan peserta didik.
Melalui pengajaran mereka, siswa tidak hanya belajar tentang doktrin agama tetapi bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun, dalam konteks keberagaman, pengajaran agama yang tidak inklusif dapat memicu sikap eksklusif dan intoleran.
Guru, selain mengajarkan pengetahuan akademik, juga memiliki tugas untuk membimbing perkembangan moral dan sosial siswa agar mereka dapat berperan aktif secara positif dalam masyarakat.
BACA JUGA:Banjir, PR yang Belum Tuntas
Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing yang memperhatikan perkembangan karakter siswa (Sulastri, 2018).
Implementasi Kurikulum Cinta tentu tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah resistensi dari pihak-pihak yang memiliki pandangan agama yang konservatif dan eksklusif.
Selain itu, diperlukan upaya yang konsisten untuk memastikan bahwa kurikulum ini tidak hanya sekadar wacana, tetapi benar-benar diterapkan di lapangan.
Namun, dengan komitmen yang kuat dari pemerintah, pendidik, dan masyarakat, diharapkan Kurikulum Cinta bisa menjadi langkah maju dalam membentuk generasi muda Indonesia yang toleran, penuh kasih sayang, dan mampu hidup harmonis dalam keberagaman. (*)