Transformasi Desa di Era Digital untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Ilustrasi pembangunan desa.-istimewa-
Oleh: Adi Junadi*
PADA tanggal 15 Januari 2025, Indonesia memperingati Hari Desa Nasional, sebuah momentum penting untuk merefleksikan peran strategis desa sebagai pondasi pembangunan nasional.
Membangun desa di era digital, ketahanan pangan, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun desa menjadi sangat relevan di tengah pesatnya transformasi teknologi.
Sebagai pusat kehidupan masyarakat yang kaya akan potensi lokal, desa harus mampu mengintegrasikan nilai tradisional dengan teknologi modern untuk menciptakan pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing di era global.
BACA JUGA:Mengelola Kecemasan untuk Pertumbuhan Pribadi yang Lebih Baik
Salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian adalah ketahanan pangan berkelanjutan, di mana desa dapat memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas pertanian, mengelola distribusi hasil panen secara efisien, dan mengembangkan diversifikasi sumber pangan lokal yang bernilai ekonomi tinggi.
Transformasi digital bukan hanya soal akses internet, tetapi juga mencakup integrasi teknologi dalam berbagai aspek pembangunan desa.
Data terbaru dari Kementerian Komunikasi Digital menunjukkan bahwa pada tahun 2025, sekitar 75% desa di Indonesia telah memiliki akses internet dasar. Namun, masih ada tantangan terkait infrastruktur dan pemanfaatan teknologi yang efektif.
Literasi digital menjadi agenda penting agar masyarakat desa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga inovator lokal. Kepala desa dan perangkat desa memainkan peran kunci dalam memanfaatkan teknologi untuk pelayanan publik, perencanaan pembangunan, dan transparansi anggaran.
BACA JUGA:Siapkan Lima Prodi Baru dan Segera Jadi Institut
Program "Desa Digital" yang diluncurkan pada 2024 memberikan pelatihan kepada lebih dari 10.000 perangkat desa di Indonesia. Pelatihan tersebut mencakup penggunaan aplikasi berbasis data, platform e-government, dan media sosial untuk mempromosikan potensi desa.
Teknologi digital juga membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Aplikasi “Partisipasi Desa 4.0," yang diperkenalkan pada akhir 2024, memungkinkan warga berkontribusi dalam pengambilan keputusan melalui musyawarah daring, survei, dan pelaporan masalah secara real-time.
Dalam enam bulan pertama, aplikasi ini digunakan di lebih dari 2.000 desa, meningkatkan keterlibatan masyarakat hingga 40%, menurut laporan Kementerian Desa. Namun, transformasi digital tidak boleh mengesampingkan nilai-nilai budaya lokal.
Gotong royong, sebagai inti kehidupan desa, harus tetap dijaga. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan.