Mengelola Kecemasan untuk Pertumbuhan Pribadi yang Lebih Baik

Ilustrasi mengatasi kecemasan.--pexels.com

Oleh: Andrian Saba*

KECEMASAN (anxiety) pasti pernah dialami oleh semua orang, yang berbeda adalah bagaimana mereka menyikapi hadirnya perasaan ini.

Ada yang mampu mengendalikannya, dan tak jarang justru mereka yang dikendalikan oleh perasaan ini sehingga mereka tenggelam di dalamnya.

Kita hidup tidak jauh dari rasa cemas. Rasa risau hati atau cemas bisa muncul setiap hari. Seseorang yang mengalami kecemasan merupakan respons emosional yang muncul ketika seseorang merasa khawatir, tegang, atau takut terhadap situasi yang dianggap mengancam, sulit, atau tidak pasti. Kecemasan itu direfleksikan sebagai reaksi alami tubuh terhadap rasa stres.

BACA JUGA:Siapkan Lima Prodi Baru dan Segera Jadi Institut

Dalam jurnal eksponen “Kecemasan dalam Proses Belajar”, volume 8, nomor 1, April (2018) yang dipaparkan oleh Mukholil, mengatakan bahwa banyak ditemui seseorang yang sukses dalam hidupnya dikarenakan dia mampu menyelesaikan kecemasan.

Sebaliknya, banyak orang yang labil (stres) salah satu di antaranya karena tidak mampu mengatasi kecemasan dalam dirinya.

Rasa cemas itu sesuatu yang normal. Ada yang hanya mengalami rasa cemas selama beberapa menit, sepuluh menit, hingga ada yang mengalaminya lebih dari satu jam. Ini tergantung pada kondisi dan situasi yang dialami oleh seseorang.

Dalam kehidupan seseorang, kecemasan muncul dalam berbagai macam. Hal yang paling dekat ialah rasa cemas terkait hubungan.

BACA JUGA:Sinergi Optimalkan Program Jaga Desa

Ada rasa ketakutan pasangan tidak setia, salah paham, atau konflik yang tidak terselesaikan. Bahkan, seseorang akan merasa gelisah jika pasangannya tidak segera membalas/ merespons pesan WhatsApp yang telah bercentang dua.

Ditinjau dari ilmu psikologi, menurut Ghufron dan Risnawita (2017) kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang.

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang setidaknya akan menghadapi rasa cemas terhadap penampilan, keuangan, kesehatan, sosial, keselamatan, teknologi, dan masa depan. Ini sebuah siklus kecemasan yang akan dialami oleh setiap orang.

Cemas terhadap penampilan, yakni seseorang takut dinilai buruk oleh orang lain karena penampilan fisik. Ia merasa khawatir tentang berat badan atau pakaian yang dikenakan. Lalu, kecemasan tentang keuangan. Seseorang merasa cemas karena tidak bisa membayar tagihan, memikirkan cara melunasi utang atau mengelola keuangan harian.

Tag
Share