Dramaturgi dan Pencitraan Politisi di Panggung Politik Pilwalkot Cirebon
Paslon Pilkada Kota Cirebon.-istimewa-
BACA JUGA: Ribuan Petani Kabupaten Cirebon Mundur dari Program Asuransi Usaha Tani Padi
Mungkin karena itu pulalah, berbagai upaya dilakukan politisi untuk memperoleh citra positif tetapi dengan dan atau tanpa disadari menggiringnya ke arah pembentukan citra yang justru negatif. Sebenarnya politik pencitraan bukan hal yang tabu untuk dilakukan. Ibarat pedang bermata dua, politik pencitraan bisa berdampak positif juga negatif.
Sebenarnya pencitraan ini juga diperlukan dan tujuannya juga tidak sepenuhnya buruk. Karena kembali lagi dengan menunjukkan segala sikap secara langsung, masyarakat bisa lebih merasakan atensi para politisi tersebut dan juga bisa menilai sejauh mana mereka bisa melakukan tugas dan tanggung jawabnya.
Keseharian politisi atau aktor adalah hidup dari panggung drama ke panggung drama lainnya, aktor politik senantiasa dituntut untuk hadir dipanggung depan (front stage), di mana wilayah tersebut adalah peran formalnya.
Pada panggung depan politisi menyampaikan pesan-pesan politiknya, melalui rapat formal, paripurna, ajang kampanye politik ataupun arena terbuka lainnya.
BACA JUGA:KPPS Berhalangan Bakal Dilantik Susulan PadaTanggal 10 November
Pada panggung depan tersebut pula politisi membangun citra diri. Fenomena pencitraan politik ini menegaskan pentingnya impression management dalam kampanye politik.
Calon Wali Kota harus mampu mengelola kesan mereka dengan hati-hati agar dapat memenangkan kepercayaan publik.
Tetapi perlu diingat, bahwa setiap orang memang mengenakan sebuah “topeng” tertentu begitu ia keluar dari rumahnya.
Ini bukan salah, dan memang sangat normal dan dilakukan oleh setiap orang. Kita perlu menjaga “topeng” yang kita tampilkan ini, sehingga nama baik dan reputasi kita dikenal baik lewat sebuah upaya citra diri yang baik pula.
BACA JUGA:Prioritaskan Program Penghapusan HutangUntuk Nelayan Kecil
Seorang calon yang ingin maju dalam Pilkada sebaiknya memiliki visi, misi, dan program yang jelas dan dapat menguntungkan masyarakat.
Pencitraan yang baik seharusnya didasarkan pada kesungguhan dan integritas dalam menjalankan tugas dan amanah sebagai calon pemimpin.
Bukan hanya sekadar penampilan atau kebohongan yang dibuat-buat untuk menarik perhatian publik. Calon kepala daerah harus mampu mensinergikan semua kemampuan yang ada untuk memenangkan pemilihan.
Kepintaran dalam berkomunikasi merupakan tuntutan bagi kepala daerah untuk dapat memberikan informasi tentang arah kepeminpinannya mendatang, serta mampu membujuk dan meyakinkan pemilih.