Dramaturgi dan Pencitraan Politisi di Panggung Politik Pilwalkot Cirebon

Paslon Pilkada Kota Cirebon.-istimewa-

BACA JUGA:PSSI Jamin Keamanan Suporter Jepang dan Arab Saudi di Stadion GBK

Dari sisi komunikasi pemimpin tersebut disadari atau tidak, termasuk manipulator simbol, mendemonstrasikan apa yang di komunikasikan manusia kepada manusia lainnya. 

Kampanye politik yang dilakukan calon kepala daerah, baik melalui media massa maupun secara langsung, menjadi medium utama dalam upaya pencitraan mereka.

Seperti halnya dalam kehidupan sosial secara umum, politisi harus mengelola kesan yang mereka tampilkan di hadapan publik untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan. 

Dalam teori komunikasi politik, pencitraan adalah proses penting dalam membentuk opini publik dan memengaruhi perilaku politik.

BACA JUGA:Memiliki Daya Tarik Unik, Pantai Karangsong Jadi Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi

Politik pencitraan atau pencitraan politik berkaitan dengan pembuatan informasi atau pesan politik oleh aktor politik (politikus atau kandidat) media politik (media massa, media sosial, dan/atau media format kecil), dan penerima atau khalayak politik (publik). 

Citra politik yang terbentuk di benak publik, tidak selamanya sesuai dengan realitas yang sebenarnya, karena mungkin hanya sama dengan realitas media atau realitas buatan media, yang disebut juga sebagai realitas tangan kedua.

Politisi pada dasarnya menyadari bahwa mereka harus berperilaku sebagaimana yang orang lain harapkan. Oleh karena itu tindakan politisi didasarkan atas perhitungan-perhitungan yang diangap menguntungkan, mulai dari cara berpakaian, berbicara, dan bertindak. 

Para politisi harus dapat menangkap apa yang terdapat dalam pikiran orang lain (rakyat) sehingga apa yang ditampilkan mampu memberikan kesan positif sehingga berdampak positif juga pada sang politisi.

BACA JUGA:Baznas Majalengka Salurkan Bantuan Program Perbaikan Rutilahu

Dengan demikian, komunikasi politik menjadi alat penting bagi para aktor politik untuk membangun citra yang dapat diterima oleh masyarakat, yang pada gilirannya mempengaruhi hasil pemilihan. 

Namun pada sisi yang lain menurut Nimmo (1989) Kebanyakan politisi mendapat kesulitan besar untuk bisa dikenal bahkan untuk mempunyai citra.

Mungkin karena itu pula, berbagai upaya dilakukan politisi untuk memperoleh citra positif tetapi dengan atau tanpa disadari menggiringnya kearah pembentukan citra yang justru negatif.

Mengenai soal mempengaruhi pemilih, Dramaturgi dalam komunikasi politik menekankan bagaimana politisi mengelola penampilan mereka di depan publik, menyesuaikan peran yang dimainkan dengan harapan dan kebutuhan audiensnya. 

Tag
Share