Wawancara dengan Mahfuz Sidik: Mampukah Indonesia Menjadi Superpower Baru?
Sekjen DPN Partai Gelora, H Mahfuz Sidik MSi.-istimewa-radar cirebon
Jawab:
Kita memasuki tahapan baru, yaitu pergulatan ideologi dan politik. Sebagai Negara baru kita mencari bentuk ideologi dan sistem bernegara yang cocok. Banyaknya kekuatan partai politik baru membuat proses pergulatan ini rumit dan panjang.
BACA JUGA:Dorong Petugas Tekan Peredaran Miras saat Nataru
Tapi itu kondisi yang harus dialami dan dijalani. Hingga lahirlah Orde Baru pada 1967 yang mulai membangun stabilitas politik dan menyusun rencana pembangunan jangka panjang, yang tahapannya disebut Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun).
Hasilnya selama 32 tahun Orde Baru, Indonesia menikmati stabilitas politik dan pembangunan ekonomi yang mengantarkan kita sebagai new developing country atau Negara berkembang baru.
Tanya:
Tapi Orde Baru kan banyak dikritik otoriter dan penuh KKN, sehingga pemerintahannya jatuh pada 1998?
Jawab:
Ya setiap Orde pasti ada kekurangan dan kelemahannya. Itu juga dialami oleh Orde Lama dan Orde Reformasi.
BACA JUGA:Pemuda Losari Lestarikan Seni Barongan Berusia 200 Tahun
Tugas kita semua adalah memperbaiki dan meminimalkan kelemahan dan kekurangan itu melalaui partisipasi politik.
Tetapi jatuhnya Orde Baru juga tidak terlepas dari agenda kekuatan politik global yang mulai melihat Indonesia sebagai ancaman baru bagi mereka.
Tanya:
Jadi bagaimana kita melihat potret Orde Baru yang berjalan selama 32 tahun itu?
Jawab:
Harus kita akui dengan obyektif bahwa Orde Baru berhasil mengokohkan Indonesia sebagai Negara Bangsa. Kita bersepakat dengan falsafah Pancasila, semboyan Bhineka Tunggal Ika, pentingnya stabilitas politik dan proses pembangunan yang berkesinambungan.
Indonesia saat itu diakui juga sebagai pemimpin ASEAN (Pehimpunan Negara Asia Tenggara), anggota OPEC (Organisasi Pengekspor Minyak) yang berpengaruh, dan anggota OKI (Organisasi Negara Muslim) yang dinilai mewakili negeri muslim terbesar. Kami menyebut tahap ini sebagai Gelombang Menjadi Negara Bangsa Modern.
BACA JUGA:Sedimentasi, Nelayan Sulit Melaut
Tanya:
Lalu ketika terjadi Reformasi 1998, bagaimana Pak Mahfuz memaknainya?
Jawab:
Reformasi 1998 menandai titik masuk baru Indonesia ke dalam tananan dunia baru yang terbuka dan tanpa batasan, dan demokrasi seperti menjadi sistem politik tunggal dunia.
Itulah yang disebut globalisasi. Semua Negara, termasuk Indonesia dipaksa untuk berintegrasi dengan sistem global. Negara yang menolak dengan mudah dijatuhkan.