JAKARTA - Harga emas Antam keluaran logam mulia PT Aneka Tambang Tbk kembali mencetak rekor lagi karena tercatat naik Rp 9.000 menjadi Rp 1.283.000 per gram, pada Kamis (4/4).
Harga tersebut tercatat naik dari sebelumnya sebesar Rp 1.274.000 per gram.
Bahkan, harga emas Antam kemarin tercatat sebagai harga paling tinggi sepanjang sejarah. Pada tahun 2020 emas Antam sempat mencapai harga tertinggi sebesar Rp 1.047.714 per gram dan pada tahun 2023 mencapai Rp 1.086.000 per gram.
Harga emas yang tembus rekor tertinggi ini juga berlaku untuk harga penjualan kembali atau buyback emas Antam sebesar Rp 7.000 menjadi Rp 1.175.000 per gram dari sebelumnya Rp 1.168.000 per gram. Untuk diketahui, harga buyback mengikuti pergerakan harga emas dunia.
Mengutip Reuters, harga emas dunia kembali melesat ke rekor tertingginya pada hari Rabu atau Kamis pagi waktu Indonesia, setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan kembali mengenai data peningkatan lapangan kerja dan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan tidak secara signifikan mengubah gambaran keseluruhan kebijakan ekonomi tahun ini.
Harga emas di pasar spot naik 0,5 persen menjadi USD 2,292.31 per ounce pada 13:43 EDT (1743 GMT) setelah mencapai rekor tertinggi USD 2,294,99 di awal sesi. Emas berjangka AS ditutup 1,5 persen lebih tinggi sebesar USD 2,315.
“Emas melonjak ke rekor tertinggi dalam sejarah karena peningkatan volume perdagangan setelah Powell menekankan bahwa data peningkatan lapangan kerja dan inflasi yang terjadi tidak mengubah gambaran keseluruhan,” kata Tai Wong, pedagang logam independen yang berbasis di New York.
Sementara itu, Powell mengatakan jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang kita perkirakan, ia dan rekan-rekannya di The Fed sebagian besar setuju bahwa kebijakan suku bunga yang lebih rendah akan dilakukan di tahun ini.
Di sisi lain, investor masih memperkirakan bahwa The Fed akan melakukan penurunan suku bunga pertama pada pertemuan kebijakan The Fed pada 11-12 Juni tahun ini.
Untuk diketahui, harga emas bisa naik turun sedemikian rupa karena dipengaruhi ketidakpastian kondisi global. Bahkan, emas sangat tergantung dari kebijakan moneter yang diambil bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.
Kebijakan moneter yang dimaksud adalah kebijakan menaikkan atau menurunkan suku bunga. Jika The Fed menurunkan suku bunga, emas berpotensi naik harganya. Sebab dolar menjadi gak menarik sebagai pilihan investasi dan orang-orang cenderung menempatkan uangnya dalam bentuk emas.
Emas yang merupakan aset lindung nilai terhadap inflasi dan aset safe haven selama masa ketidakpastian politik dan ekonomi, telah naik lebih dari 11 persen sepanjang tahun ini, dibantu oleh kuatnya pembelian bank sentral dan permintaan aset safe haven. (jpnn)