Bencana dan Estetika

Selasa 01 Oct 2024 - 18:42 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Oleh: Norma Andina Gumanti*

IDE tulisan ini adalah sebuah ketidaksengajaan. Penulis mendapatkan inspirasi dari sebuah acara kecantikan di Jakarta yang Bernama Jakarta X Beauty.

Acara tersebut berlangsung pada tanggal 6-9 Juni 2024 lalu. Sejumlah booth kecantikan memajang produk dengan berbagai promo flash sale, rush hour, dan juga bundling product yang menarik perhatian para pengunjung. 

Acara ini juga menjadi peluang bisnis bagi para penyedia jasa titip atau jastip. Tidak hanya ramai di setiap booth, euforia ini juga dirasakan di dalam grup whatsapp penyedia jastip setiap ia menawarkan beberapa produk yang memiliki promo buy one get one, promo bundling product, promo potongan harga, dan sebagainya.

BACA JUGA:Ajak Terapkan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan

Produk kecantikan memiliki beragam jenis semisal bedak, pelembab, lipstick, eye liner dan sebagainya. Aneka ragam produk untuk perawatan wajah dan tubuh (dengan istilah dan kandungan isi yang cukup asing bagi penulis) dengan mudah ditemukan dalam pameran tersebut.

Tidak perlu tahu alasan mengapa banyak orang antusias dengan acara ini dan memborong berbagai jenis produk, tetapi satu hal yang muncul dalam benak penulis adalah penggunaan produk kecantikan dapat memitigasi diri dari bencana.

PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim menjadi salah satu isu yang legit untuk dibahas dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu. Penulis mencoba mencari artikel dengan kata kunci “dampak perubahan iklim” melalui kanal Google Scholar.

BACA JUGA:Pengelola MPP Harus Profesional

Dengan memberikan limitasi periode penerbitan artikel sejak tahun 2020, hasil pencarian ini memberikan banyak rekomendasi terkait dampak perubahan iklim pertanian, dampak perubahan iklim kesehatan, dampak perubahan iklim ekosistem, dampak perubahan iklim petani, dan sebagainya.

Perubahan iklim memang memberikan dampak yang cukup signifikan pada kondisi ekologi sehingga cara menanggulanginya adalah dengan melakukan upaya dengan cukup makro.

Penulis mengikuti beberapa kali rangkaian pelatihan terkait mitigasi perubahan iklim. Salah satu aspek yang diperhatikan adalah dengan memperhitungkan hasil dan ragam panen serta ternak, kemudian diproyeksikan menggunakan suatu rumus untuk mengetahui bagaimana kondisi ekologi di Kota Cirebon selama 10 tahun ke depan. 

Sebagai awam, cara identifikasi ini membutuhkan wawasan dan atensi tingkat tinggi, terutama bagi kalangan yang tidak begitu paham tentang konteks pertanian dan peternakan. Sehingga, isu perubahan iklim menjadi seolah menjadi isu bagi kalangan elit global saja.

BACA JUGA:Anggota DPR RI Dilantik Hari Ini, Berikut Besaran Gaji dan Tunjangan yang Diterima

Tags :
Kategori :

Terkait