Seberapa Sering Kebohongan Terucap?
Ilustrasi--
BACA JUGA:Kumpulkan KTP Sejak 2020, H Suryana Maju Pilwalkot Lewat Jalur Independen
Artinya, sebuah kebohongan pasti dibekali dengan seperangkat kesiapan argumentatif dan struktur bahasa yang diupayakan terbaik agar pendengar terhalang dari kebenaran sesungguhnya.
Berbohong, akhir-akhir ini, tampaknya kadung dianggap sebagai praktik yang dianggap sebagai tindakan tidak berbahaya.
Padahal, praktik berbohong sejatinya menimbulkan pertanyaan etika yang memerlukan pertimbangan sangat cermat.
Dua tradisi besar pemikiran ihwal kebohongan diusung oleh Plato (yang berusaha membenarkan kebohongan dalam keadaan tertentu) dan Aristoteles (yang mengutuk semua kebohongan).
BACA JUGA:Usulan dari Bawah Terutama Tokoh Inbar, PKS Usung Rizqi Amali dalam Pilbup Indramayu
Anggapan bahwa semua bentuk kebohongan adalah buruk selanjutnya lekat dengan cara pandang kaum absolutis moral semisal Agustinus, Aquinas, dan Kant.
Immanuel Kant, seorang filsuf kenamaan asal Jerman, secara tegas menentang toleransi terhadap segala jenis kebohongan.
Mungkin terdengar terlalu naif bahwa seseorang menolak keras praktik berbohong tetapi Kant meyakini bahwa kebohongan selalu salah, apapun konsekuensinya.
Konsekuensi yang dimaksud tentu saja mengenai realitas bahwa kebohongan memiliki pertentangan dengan moralitas.
BACA JUGA:Belum Tahu Siapa yang akan Diusung dalam Pilbup, Yakin Menang, 3 Partai Ini Resmi Berkoalisi
Kebohongan, sebagai sebuah kepalsuan, sejatinya memiliki bahaya yang melekat. Dengan berpijak pada pandangan Kant, berbohong merupakan praktik penghinaan langsung terhadap prinsip “memperlakukan manusia dengan hormat”.
Kant menekankan hal tersebut dengan mengatakan “Don’t tell someone a lie, because then you are not treating the person with respect, as an individual”.
Kerangka etika Kant melihat bahwa praktik berbohong sangat membahayakan martabat dasar dari orang yang dibohongi.
Secara lebih sederhana, Kant mengajak kita untuk berempati terhadap individu yang dibohongi dengan membayangkan diri kita sendiri berada pada situasi yang serupa (menjadi pihak yang dibohongi).