Pandangan Pakar ITB tentang Longsor di Kampung Gintung

Pakar ITB mengulas tanda-tanda yang mengalawi kejadian tanah longsor di Kampung Gintung, RT 03 RW 04, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB). -ist-radar cirebon

Pakar longsoran (landslide) dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Imam Achmad Sadisun mendiskusikan faktor penyebab longsor di Kampung Gintung, RT 03 RW 04, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat telah menetapkan status siaga darurat bencana selama 14 hari hingga 7 April 2024. Proses evakuasi masih terus dilakukan untuk mencari sedikitnya 10 orang yang dinyatakan hilang diduga tertimbun material tanah longsor. 

Menurut Imam, faktor penyebab longsor dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu prakondisi dan pemicu. Faktor prakondisi termasuk pelapukan, erosi, perubahan topografi/kemiringan lereng, perubahan tata guna lahan, dan kondisi geologis. Contoh dari faktor prakondisi adalah keberadaan batuan di wilayah yang memungkinkan mudah menjadi bidang gelincir.

Di sisi lain, faktor pemicu berkaitan dengan kejadian-kejadian jangka pendek seperti curah hujan lebat atau gempa bumi. Imam menekankan bahwa hujan yang tidak terlalu besar dapat memengaruhi kekuatan geser material pembentuk lereng sehingga longsor terjadi.

BACA JUGA:Klamby Buka Store Ke-14 di Cirebon

“Kalau hujan ringan hingga sedang umumnya tidak menyebabkan longsor. Namun kalau hujan di atas lebat atau hujan yang memang ekstrem, 150 mm/hari menurut ukuran BMKG, dapat menjadi faktor pemicu longsoran," kata Imam. 

Menurut Imam, hampir semua bencana memiliki tanda-tanda yang mengawali kejadiannya, termasuk longsoran. Gejala awal longsoran dapat dilihat pada tiga bagian utama dari suatu lereng, yakni bagian kepala (head), tubuh (body), dan kaki (foot). 

Misalnya, gejala di bagian kepala lereng umumnya ditandai dengan retakan-retakan memanjang pada tanah, yang umumnya melengkung untuk jenis longsoran nendetan (slump). Pada bagian badan lereng ditandai dengan pepohonan atau tiang-tiang listrik yang mulai miring karena adanya pengaruh pergerakan awal longsoran.

Sementara di bagian kaki lereng umumnya muncul sembulan tanah (bulging) dan mata air karena bagian ini merupakan bagian yang menahan gaya yang dihasilkan dari pergerakan dari bagian kepala dan badan lereng.  

BACA JUGA:Presiden Putuskan KSAU Baru

Ia menerangkan, mekanisme longsor di Kampung Gintung, Kecamatan Cipongkor, berbeda dengan yang terjadi di Kampung Cigombong, Kecamatan Rongga, beberapa waktu lalu. 

Gejala di bagian kepala sistem lereng di Kampung Cigombong sudah terlihat dari adanya perkembangan retakan yang relatif melengkung di lapangan depan SD di daerah tersebut. Retakan tersebut menjadi cikal bakal mahkota (bagian paling atas) longsoran. 

Sementara di Kampung Gintung, gejala longsoran tidak mudah terlihat karena terjadi di bagian atas lereng perbukitan yang bukan merupakan area aktivitas warga. 

Imam menjelaskan bahwa longsoran di Kampung Gintung merupakan longsoran aliran bahan rombakan (debris flow), di mana material longsorannya berupa tanah, fragmen batuan, dan bahkan pepohonan yang terbawa oleh air dan menimpa rumah-rumah warga. Imam juga membandingkan gejala longsoran di Kampung Gintung dengan kejadian sebelumnya di Kampung Cigombong, menunjukkan bahwa gejala longsoran dapat muncul secara berbeda tergantung pada lokasi dan faktor-faktor lingkungan.(jpnn) 

Tag
Share