Harga Beras Melambung, Petani Sejahtera?
Ilustrasi--
Terkait dengan melonjaknya harga beras belakangan ini, seharusnya petani menerima pendapatan yang lebih besar karena menjual komoditas pertaniannya dengan harga yang jauh lebih mahal.
BACA JUGA:Waduli Bukan Jadi Pesaing Pedagang Pasar Tradisional, Tapi Untuk Mengendalikan Inflasi
Namun kita belum mengetahui efeknya bagi kenaikan NTP. Efek kenaikan harga beras saat ini bagi NTP baru akan diukur di bulan depan.
Adapun NTP yang naik dari Januari-Februari adalah hasil pengukuran kenaikan harga komoditas pertanian di awal tahun.
Seperti yang kita ketahui, sejak awal tahun sudah terjadi lonjakan harga komoditas pangan secara signifikan, yang berarti ada lonjakan pendapatan yang diterima petani.
Hal ini dapat dilihat pada angka IT (Indeks Harga Diterima Petani) Subsektor Tanaman Pangan di bulan Januari-Februari yang naik sebesar 5,04 persen dari 135,27 menjadi 142,09.
BACA JUGA:Adu Kuat Usulan Pj Bupati Cirebon, DPRD Ikuti Format Usulan Lama
Perkembangan angka IT menunjukkan fluktuasi/kenaikan harga komoditas sub sektor tanaman pangan yang dihasilkan petani.
Semakin tinggi tingkat kenaikan harga maka angka IT semakin tinggi pula. Sedangkan pembanding dari angka IT adalah angka IB, yaitu Indeks Harga Dibayar Petani.
Semakin besar harga yang dikeluarkan petani baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produksi, maka semakin tinggi angka IB-nya.
Pada Januari-Februari, angka IB Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,59 persen dari 116,89 menjadi 117,57.
BACA JUGA:Di Akhir Jabatan Bupati Imron Akan Mutasi Lagi? Tentunya Ada Persyaratanya
Hal ini terjadi karena peningkatan harga-harga barang yang dikonsumsi petani maupun karena lonjakan biaya produksi pertaniannya. Angka IT dan IB inilah yang membentuk NTP.
Secara sederhana jika angka IT lebih besar dari IB, maka NTP akan semakin tinggi dan petani secara proxy dinilai semakin sejahtera.
Harga Gabah Versus Harga Beras, Siapa Paling Diuntungkan?