Harga Beras Melambung, Petani Sejahtera?

Ilustrasi--

Oleh: Harri Ramdhani SE

BELAKANGAN ini harga beras menjadi buah bibir di masyarakat. Betapa tidak, beberapa waktu lalu harga beras menembus angka tertinggi sepanjang sejarah. Saat ini harga beras cukup stabil diangka 17.000-18.000. 

Pemerintah mengatakan persediaan beras di Bulog mencukupi untuk menyambut awal bulan Ramadhan tahun ini. Lalu apa yang membuat harga beras melambung tinggi? 

Faktor utama adalah jelas terkait kelangkaan gabah akibat banyak terjadinya gagal panen. Kegagalan panen ini menjadikan suplai gabah ke penggilingan menjadi terlambat. Akibatnya, stok beras di pasar menjadi menipis. 

Beberapa pihak “menyalahkan”perubahan iklim sebagai penyebab terganggunya rantai pasok beras yang mengakibatkan harga beras melambung tinggi, termasuk konferensi pers Presiden Joko Widodo, pada Kamis, 22 Februari 2024.

BACA JUGA:Golkar Wajar Minta Jatah 5 Menteri

Mengapa harga beras yang melonjak menjadi perbincangan masyarakat? Jawabannya karena sifat dari komoditas beras itu sendiri. Dalam teori ekonomi, berbagai jenis komoditas dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. 

Jika dikelompokkan berdasarkan permintaan, beras tergolong sebagai barang inelastik sempurna.

Artinya berapapun perubahan harga yang terjadi tidak akan berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta. Hal ini disebabkan barang tersebut tidak memiliki pengganti. 

Beras menjadi salah satu bahan pokok yang dikonsumsi hampir semua lapisan masyarakat. Dari masyarakat bawah, menengah hingga atas.

BACA JUGA:Anggota Pos Koramil Diminta Sinergis dengan Semua Pihak

Yang membedakan adalah persentase penghasilan yang digunakan untuk konsumsi beras berbeda-beda tiap lapisan ekonomi masyarakat. 

Di masyarakat lapisan bawah, persentase penghasilan yang dikeluarkan untuk kebutuhan beras lebih besar daripada pada lapisan masyarakat menengah maupun atas.

Di lapisan masyarakat ini memang sebagian besar penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan makan minum. 

Tag
Share