Kemiskinan dan Sosiologi Agama

Ilustrasi--NUO

Oleh: Endang Kurnia

TAK ada manusia yang bercita-cita hidup dalam keadaan miskin dan tidak ada manusia bisa memilih kepada siapa ia dilahirkan. 

Jika kita diberikan hak untuk memilih, maka hampir seluruh manusia memilih untuk tidak lahir dalam keadaan miskin.

Kemiskinan merupakan suatu kondisi di mana seseorang atau kelompok tidak memiliki sumber daya yang cukup, seperti uang atau aset, untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, baik dari segi makanan, pendidikan dan sebagainya.

Fenomena Kemiskinan 

BACA JUGA:Stok Gabah Langka, Harga Beras Meroket

Masalah kemiskinan telah ada sepanjang sejarah manusia. Itu sebab, kemiskinan tersebut akan senantiasa hadir di permukaan bumi.

Maka dari itu, fenomena tersebut tentu saja tidak bisa dielakkan oleh siapapun. Berdasarkan data statistik penduduk miskin di Indonesia pada bulan September, 2016 mencapai 10,70 persen.

Selanjutnya data statistik kemiskinan di bulan Maret, 2018 menunjukkan angka 8,69 persen, dan pada bulan Maret, 2020 mencapai sekitar 9,78 persen (Yusriadi dalam Nurul Aeni, 2021).

Kemiskinan yang terjadi di masyarakat bukanlah hal yang tidak bisa diatasi.

BACA JUGA:Bupati Nina Dorong Perempuan Mandiri

Akan tetapi, hal yang bisa dilakukan adalah mengurangi jumlah penduduk miskin seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah, misalnya; BPJS Kesehatan bagi orang yang miskin, bantuan langsung tunai (BLT) bagi orang yang tidak mampu, dan kartu indonesia pintar (KIP) beasiswa pendidikan bagi orang yang miskin.

Namun, hal tersebut belum mampu mengatasi kemiskinan secara signifikan, apalagi bantuan tersebut tidak sampai kepada orang yang berhak menerima bantuan.

Kemiskinan dalam Konteks Agama Islam

Tag
Share