Pelajaran dari Isra Mi’raj Nabi SAW
Ilustrasi--freepik
Naik lagi ke Sidratul Muntaha, lalu di bawa naik lagi ke al-Baitul Ma’mur. Lalu, di bawa naik lagi untuk menghadap Allah, hingga jaraknya tinggal sepanjang dua ujung busur atau lebih dekat lagi.
Lalu, Allah mewahyukan apa yang diwahyukan kepada hamba-Nya. Allah mewajibkan kepada Nabi shalat lima puluh kali.
Nabi kembali hingga bertemu Musa. “Apa yang diperintahkan kepadamu?” tanya Musa. “Shalat lima puluh kali.” jawab Nabi. “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melakukannya.
BACA JUGA:Dua Siswa SMAK Penabur Cirebon Lolos Pelatnas
Kembalilah menemui Rabb-mu dan minta keringanan kepada-Nya bagi umatmu.” kata Musa.
Nabi SAW memandang ke arah Jibril, meminta pendapatnya. Maka, Jibril mengisyaratkan, dengan berkata, “Itu benar, jika memang engkau menghendaki.”
Bersama Jibril, Nabi naik lagi hingga menghadap Allah SWT. Jumlah shalat itu dikurangi sepuluh. Kemudian, Nabi turun hingga bertemu Musa dan menyampaikan kabar kepadanya.
“Kembalilah lagi menemui Rabb-mu dan minta keringanan kepada-Nya.” kata Musa. Begitulah Nabi mondar-mandir menemui Musa dan Allah SWT, hingga shalat itu ditetapkan lima kali.
BACA JUGA:Metode dan Pengawasan PDRD Harus Terus Diinovasi tentang Pajak dan Retribusi Daerah
Sebenarnya Musa menyuruh Nabi kembali lagi menemui Allah dan meminta keringanan. Namun, Nabi bersabda, “Aku sudah malu kepada Rabb-ku. Aku sudah ridha dan bisa menerimanya.”
Setelah beberapa saat, ada seruan yang terdengar, “Kewajiban dari-Ku telah Ku-tetapkan dan telah Ku-ringankan bagi hamba-Ku.”
Nilai-Nilai Shalat
Peringatan Isra dan Mi’raj merupakan momentum bagi kaum Muslimin untuk mengevaluasi kualitas dan untuk mengambil pelajaran dari nilai-nilai shalat.
Sehingga, shalat yang dilakukan dapat mengubah seseorang menjadi lebih bermakna dalam kehidupan pribadi dan sosial.