Pelajaran dari Isra Mi’raj Nabi SAW

Ilustrasi--freepik

Pertama, shalat mendidik kaum Muslimin untuk mensucikan diri dari sifat-sifat buruk. Hal ini dijelaskan melalui firman Allah SWT, ”Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (Q.S. al-Ankabut [29]: 45).

Kedua, shalat mendidik kesatuan dan persatuan umat. Orang yang melaksanakan shalat menghadap ke satu tempat yang sama, yaitu Baitullah. Hal ini menunjukkan pentingnya mewujudkan persatuan dan kesatuan umat. 

Perasaan persatuan ini akan menimbulkan saling pengertian dan saling melengkapi antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ketiga, shalat mendidik disiplin waktu. Setiap yang shalat selalu memeriksa masuknya waktu shalat, dan menjaga serta berusaha untuk menunaikannya tepat pada waktunya, sesuai ketentuan syara, dan menaklukkan nafsunya untuk tidak tenggelam dalam kesibukan duniawi yang melalaikan. 

BACA JUGA:557 Orang Keluar Daftar Pemilih Tetap Kesambi

Keempat, shalat mendidik tertib organisasi. Menyangkut tertibnya jamaah shalat yang baris lurus di belakang imam dengan tanpa adanya celah kosong (antara yang satu dengan jamaah di kanan kirinya) mengembalikan kaum Muslimin pada perlunya nidzam (tertib organisasi). 

Dalam falsafat organisasi dikatakan, kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan dengan kebatilan yang terorganisir. 

Kelima, shalat mendidik ketaatan kepada pemimpin. Mengikuti gerakan imam, tidak mendahuluinya walau sesaat, menunjukkan adanya ketaatan dan komitmen atau loyal, serta meniadakan penolakan terhadap perintahnya, selama perintah tersebut tidak untuk bermaksiat.

Nabi SAW bersabda, ”Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah SWT.” (H.R. Ahmad).

BACA JUGA:Dua Cawapres Hadir di Cirebon, Gibran Jumpa Influencer, Mahfud MD ke Kediaman Ujang Busthomi

Keenam, shalat mendidik keberanian untuk mengingatkan pimpinan. Jika imam lalai, diharuskan bagi makmum untuk mengingatkannya (dengan membaca subhanallah). 

Hal ini menunjukkan keharusan rakyat untuk menegur atau mengingatkan pemimpinnya jika lalai atau melakukan kesalahan. 

Ketujuh, shalat mendidik persamaan hak. Pada shalat berjamaah, dalam mengisi shaf tidak didasarkan pada status sosial jamaah, tidak pula memandang kekayaan atau pangkat, walau dalam shaf terdepan sekalipun. 

Gambaran ini menunjukkan adanya persamaan hak tanpa memperdulikan tinggi kedudukan maupun tuanya umurnya.

BACA JUGA:Kasus di Koperasi BMI Grup Arjawinangun, Keluarga Minta Pelaku Dihukum Seberat-beratnya

Tag
Share