Menakar Kedigdayaan Bangsa
Ilustrasi--radar cirebon
Dari berbagai hal tersebut, tidak salah jika kita beropini, kondisi Poleksosbud-Hankam saat ini, adalah refleksi dari kondisi dan kualitas pendidikan sebuah bangsa. Begitu juga sebaliknya.
BACA JUGA:KPU Jabar Minta Pemda Siapkan Nakes saat Pemilu
Sebagaimana Imam Syafií menegaskan, terdapat enam aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. Bila diperhatikan setiap aspek dari keseluruhan, memiliki relasi dengan aspek yang lain dalam kehidupan, terangkum dalam Poleksosbud-Hankam.
Sehingga, dapat dikatakan peduli terhadap kondisi sosial dan berupaya membangun lingkungan sosial yang kondusif, juga merupakan kontribusi dalam pendidikan. Baik upaya untuk mengumpulkan materi, harta benda, menjaga kesehatan dan kebugaran diri juga masyarakat, juga merupakan kontribusi dalam pendidikan.
Peduli terhadap pendidikan tidak harus berwujud seruan membaca buku. Kepedulian kita terhadap pendidikan sejatinya tecermin dalam tingkat kepedulian kita terhadap kondisi lingkungan dan kondisi sosial masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan, berpolitik juga dapat dikatakan sebagai bentuk nyata kepedulian kita terhadap dunia pendidikan.
Bukankah meningkatnya kesejahteraan sosial merupakan tolok ukur keberhasilan program pendidikan? Barang kali, kita pernah mendengar pepatah “Pendidikan adalah kasta tertinggi dalam dunia politik.” Juga bisa jadi, karena stabilitas iklim politik pun memiliki pengaruh terhadap pendidikan.
BACA JUGA:Perbaikan Infrastruktur Bertahap Berkelanjutan
Bukan bermaksud mengajak pembaca untuk terjun dalam ranah politik praktis.
Namun, semoga bisa membuka cakrawala pembaca, bahwa ada banyak hal yang perlu kita perhatikan untuk berfungsi dengan benar. Hanya untuk semata menjaga kualitas pendidikan sebuah bangsa.
Selain itu, kualitas pendidikan merupakan cermin atas kesejahteraan dan kedigdayaan sebuah bangsa. Sejarah mencatat, dari sekian banyak klasifikasi masyarakat, hanya kaum intelektual yang peduli terhadap nasib rakyat kecil atau tertindas. Sehingga, wajar bila rakyat selalu rindu terhadap golongan intelektual yang hakiki. (*)
Penulis adalah Ketua Madani Private Learning