YouTuber dan Kontestasi Modal di Arena YouTube
Ilustrasi--
Modal ekonomi ini ditunjukkan YouTuber misalnya melalui konten gaya hidup mewah. Secara implisit, modal ekonomi juga dapat tercermin melalui ‘komoditas’ utama yang dipertontonkan oleh YouTuber melalui kanal YouTube-nya seperti barang untuk di-ulas (review), tempat yang dikunjungi, dan lain sebagainya.
BACA JUGA:Pengungsi Korban Puting Beliung Membutuhkan Terpal
Keempat modal tersebut lalu terakumulasi dalam konten video yang dibuat oleh YouTuber kemudian ditukarkan ke dalam bentuk modal ekonomi. Proses ini dapat berjalan secara sirkular dan memperkuat posisi aktor dalam berkontestasi di arena YouTube.
Dalam mendayagunakan berbagai modal yang dimilikinya, YouTuber juga dituntut untuk memahami rule of the game yang berlaku di arena YouTube.
Misalnya untuk dapat memaksimalkan fungsi dari hashtag, berbagai tools dalam YouTube Studio (cards, youtube analytics, subtitles dan lain sebagainya), serta aspek-aspek pada laman depan tampilan YouTube (explore/trending, subscriptions, dan lain sebagainya) untuk menjangkau penontonnya (Sprout Social, 2022).
Sebagai sektor ekonomi informal yang menggiurkan, YouTube menjadi arena bagi para aktor—dalam hal ini yaitu YouTuber—untuk dapat mengkapitalisasikan modal budaya, simbolik, sosial, ataupun ekonomi yang mereka miliki.
BACA JUGA:Adanya Dugaan Pelanggaran, Bawaslu Panggil Ketua DPC PDIP Kota Cirebon
Demi menarik atensi penonton dan memperoleh popularitas yang besar, aktor-aktor ini berkontestasi dengan menggunakan modal-modal yang mereka miliki.
Yang perlu menjadi perhatian di sini adalah bagaimana modal-modal ini dipergunakan secara bijak oleh YouTuber selama mereka berkontestasi di arena YouTube untuk memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Jangan sampai peran YouTuber sebagai role model masyarakat justru menjadi ancaman yang merugikan banyak orang. (*)
Penulis adalah Pemenang Juara I Lomba Esay Jurusan Sosiologi Agama IAIN Syekh Nurjati Cirebon