YouTuber dan Kontestasi Modal di Arena YouTube
Ilustrasi--
Geliat masyarakat Indonesia untuk menekuni profesi YouTuber dapat ditunjukkan melalui pertumbuhan kanal YouTube dengan lebih dari 1 juta subscribers sebanyak 1.300 kanal dan 16.200 kanal dengan jumlah subscribers lebih dari seratus ribu (Beritasatu.com, 2022).
BACA JUGA:Liverpool Singkirkan Arsenal dengan Skor 2-0
YouTuber menggunakan salah satu atau beberapa jenis modal dalam berkontestasi di arena YouTube. Setidaknya terdapat 4 jenis modal yakni modal budaya, simbolik, sosial, dan ekonomi—sebagaimana yang juga disebutkan Pierre Bourdieu—yang digunakan oleh YouTuber.
Kepemilikan atas satu atau beberapa bagian dari keempat jenis modal ini biasanya yang menjadi faktor utama seseorang menjadi YouTuber.
Modal budaya yang dimiliki YouTuber biasanya berupa keahlian atau pengetahuan terhadap bidang tertentu dan pengalaman khusus dari hidup YouTuber. Alhasil, terdapat titel tersendiri yang melabeli para YouTuber seperti beauty vlogger, YouTuber gaming, YouTuber edukasi, dan sebagainya.
Modal budaya lain, yang kerap dimanfaatkan oleh YouTuber, adalah pengalaman menarik yang mereka alami dan dibutuhkan oleh banyak orang, seperti tips lolos beasiswa; tips berwisata ke negara asing; dan lain sebagainya.
BACA JUGA:Priatmo Adji: Alun-alun Kejaksan Terlihat Kumuh, Lampu Hias Minim Sehingga Terkesan Mesum
Keterampilan dalam mengemas video, termasuk ide; narasi; hingga editing video, turut menjadi bagian dari modal budaya karena berkaitan dengan pengetahuan serta selera (taste) dari YouTuber. Modal simbolik berkaitan dengan ‘nama’ atau kredibilitas yang sebelumnya telah diperoleh YouTuber.
Hal ini dapat dicermati dari fenomena macro selebrity yang kemudian menjajaki platform YouTube sebagai seorang YouTuber seperti Raffi-Nagita atau Baim-Paula.
Dalam realitanya, macro celebrity cenderung dapat menapaki jenjang keberhasilan sebagai YouTuber lebih pesat dibandingkan mereka yang tidak memiliki modal simbolik karena telah memiliki basis penggemar sebelumnya.
Tak heran bila konten kehidupan sehari-hari (daily lifestyles), sebagai kehidupan ‘di balik layar’ dari macro selebrity, yang dikemas secara sederhana tetap mampu menarik perhatian banyak penonton.
BACA JUGA:Puting Beliung Hantam Perumahan Taman Suci, 32 Rumah Rusak
Sementara itu, modal sosial dalam platform YouTube tidak memiliki implikasi signifikan sebagaimana modal budaya dan simbolik.
Modal sosial seperti tergabung dalam jejaring atau komunitas YouTuber memang dapat membuat seorang YouTuber menjadi lebih dikenal, tetapi kembali pada muatan konten video, termasuk narasi dan pembawaan YouTuber, yang cenderung lebih diperhatikan oleh penonton.
Modal terakhir yakni modal ekonomi yang menjadi orientasi dari terjadinya kontestasi antar aktor tetapi juga dapat didayagunakan sebagai modal awal para YouTuber.