Tabrakan Kereta di Jalur Tunggal, Pakar: Kemungkinan Ada Miskomunikasi

Tabrakan antara Kereta ApiTurangga relasi Surabaya Gubeng-Bandung dengan Kereta Commuterline Bandung Raya di KM 181+700 atau antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka, Jumat 5 Januari 2024.-jpnn-radar cirebon

BANDUNG- Tabrakan antara Kereta Api (KA) Turangga relasi Surabaya Gubeng-Bandung dengan Kereta Commuterline Bandung Raya terjadi di single track atau jalur tunggal. Dua kereta itu masuk di jalur yang sama. Turangga melaju dari Surabaya dengan tujuan akhir Bandung, sementara Commuterline Bandung Raya dari Padalarang ke Cicalengka. Langsung adu bagong.

Empat petugas PT KAI meninggal dunia dan puluhan penumpang mengalami luka-luka. Peristiwa itu terjadi di KM 181+700 Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, atau antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka, Jumat (5/1/2024), sekitar pukul 06.03 WIB.

KA Turangga membawa 287 penumpang, sementara Commuterline Bandung Raya 191 penumpang. Data terbaru, empat orang tewas dan 37 penumpang luka-luka. Para korban luka menjalani perawatan medis di RSUD Cicalengka dan sejumlah layanan kesehatan lainnya di wilayah setempat.

Data dari PT KAI menyebutkan, korban luka yang menjalani perawatan medis di RSUD Cicalengka 32 orang, RS Edelweis 2 Orang, RS AMC 2 Orang, dan RS Santosa 1 orang.

BACA JUGA:Proyek Pataraksa, Pengamat: Bangun Ulang Bukan Solusi, Audit Saja Dulu

Pakar Transportasi ITB Ir R Sony Sulaksono Wibowo MT PhD dari Kelompok Keahlian Rekayasa Transportasi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) mengatakan bahwa masih terdapat jalur tunggal atau single track di jalur kereta api di Indonesia.

Hal itu, kata Sony, menjadikan jalur tersebut rawan kecelakaan. “Dalam prosedur kereta api, untuk single track, kereta api harus bergantian. Kereta yang jadi prioritas itu biasanya Turangga. Nanti kereta api lokal masuk ke salah satu emplasemen di stasiun terdekat, menunggu kereta Turangga lewat, baru kereta lokal masuk ke jalur utama," tuturnya dalam rilis resmi yang dikutip Radar Cirebon pada Jumat 5 Januari 2024.

Dijelaskan, tabrakan kereta api di jalur yang sama, bisa saja terjadi karena masalah sinyal, komunikasi, dan sebagainya. “Ada kemungkinan karena miskomunikasi. Apakah salah dari sinyalnya atau salah dari masinisnya, atau salah dari isyaratnya. Karena ada komunikasi lewat sinyal dan lewat isyarat,” ujarnya.

Terkait kecelakaan tersebut, pihaknya mengatakan agar jalur ganda atau double track segera dibangun agar tidak terjadi kejadian serupa. “Ke depannya memang harus disegerakan pembangunan double track jalur selatan. Yang sudah double track baru jalur utara. Jalur selatan sempat tertunda. Karena bagaimana pun juga kereta api masih menjadi salah satu angkutan favorit untuk jarak jauh, terutama saat musim liburan,” ujarnya.

BACA JUGA:Fokus Perbaikan Drainase dan Jalan Rusak

Di sisi lain, masih kata Sony, perlu juga peningkatan dari berbagai kemungkinan timbulnya masalah di lapangan terkait komunikasi, seperti perbaikan-perbaikan sinyal hingga komunikasi insyarat di jalur yang masih single track.

PT KAI BERDUKA
Pihak PT KAI juga sangat berduka dan menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya 4 petugas KA yang terdiri dari Masinis, Asisten Masinis, Pramugara, dan Sekuriti. “Kami sangat berduka atas meninggalnya 4 petugas KA akibat kecelakaan tersebut. Kami sangat mengapresiasi jasa mereka yang telah berkontribusi terhadap perusahaan," ucap VP Public Relations KAI Joni Martinus dalam rilis resmi yang diterima Radar Cirebon.

Hingga pukul 16.30 kemarin, PT KAI terus melakukan evakuasi terhadap eks rangkaian kereta yang masih berada di lokasi kecelakaan. “Saat ini (sore kemarin, red) KAI telah berhasil mengevakuasi 8 unit kereta Turangga dan 6 unit kereta Commuterline Bandung Raya,” kata Joni.

“Sehingga yang masih tersisa di lokasi kejadian yaitu 2 unit lokomotif dan 4 unit kereta. KAI bersama seluruh stakeholders berusaha semaksimal mungkin agar proses evakuasi dapat tuntas dalam waktu yang tidak terlalu lama,” sambung Joni Martinus.

Tag
Share