Kenaikan PPN 12%: Bukti Apatisme Politik dan Kegagalan Representasi?
Ilustrasi kenaikan PPN 12 persen.-istimewa-
BACA JUGA:Waspada Modus Penipuan Baru di TikTok Shop, Tokopedia Berikan Imbauan Penting
Masyarakat harus dibekali dengan kemampuan untuk menganalisis kebijakan dan memahami dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Program-program pendidikan politik yang menyeluruh di semua jenjang pendidikan perlu digalakkan, agar warga negara memiliki keterampilan untuk berpikir kritis dan membuat keputusan yang berdasarkan pada informasi yang akurat.
Selanjutnya, partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan harus ditingkatkan. Tidak boleh ada lagi konsultasi publik yang hanya sekadar prosedur administratif tanpa adanya peran aktif masyarakat dalam perumusan kebijakan.
Masyarakat harus diberi ruang untuk berkontribusi dalam menyuarakan pandangan mereka dan merumuskan solusi bersama untuk mengatasi masalah yang ada.
BACA JUGA:Hadir di Indonesia, Taksi Listrik Xanh SM Dukung Pariwisata Ramah Lingkungan
Proses pembuatan kebijakan harus lebih transparan, akuntabel, dan benar-benar melibatkan suara rakyat yang akan terkena dampak langsung dari kebijakan tersebut.
Reformasi sistem politik yang lebih transparan dan akuntabel juga sangat diperlukan. Kita harus memastikan bahwa sistem yang ada benar-benar berpihak pada rakyat, bukan hanya pada kepentingan segelintir orang atau kelompok tertentu.
Mengedepankan kepentingan publik dan memastikan bahwa keputusan politik diambil dengan cara yang adil dan transparan adalah fondasi utama dalam menjaga agar demokrasi kita tetap sehat dan relevan.
Jika semua upaya ini tidak dilakukan dengan serius, maka kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat seperti kenaikan PPN 12% ini akan terus muncul dan membebani masyarakat. Hal ini tentunya akan merusak kredibilitas sistem demokrasi kita yang sudah terlanjur dipertanyakan.
BACA JUGA:Muali Kembali Terpilih sebagai Ketua FKKC
Hasil Pemilu kemarin seharusnya menjadi cermin bagi kita semua bahwa partisipasi politik yang kritis, terinformasi, dan penuh kesadaran sangatlah penting agar kita terhindar dari ketidakadilan politik di masa mendatang.
Peran media massa yang objektif dan lembaga-lembaga pendidikan dalam meningkatkan literasi politik sangatlah krusial dalam menciptakan masyarakat yang lebih melek politik dan lebih siap untuk terlibat dalam proses demokrasi yang sehat.
Hanya dengan partisipasi yang aktif, kesadaran politik yang tinggi, serta sistem yang transparan, kita dapat membangun sebuah demokrasi yang benar-benar berpihak pada rakyat, yang mampu mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi mereka secara adil. (*)
*Penulis adalah Mahasiswa UIN Bandung asal Kota Cirebon