Refleksi HGN: Dilema Kesejahteraan dan Pengabdian
Ilustrasi Hari Guru Nasional.-istimewa-
BACA JUGA:Doa Bersama untuk Pilkada Majalengka yang Aman
Isu yang berkaitan dengan buruknya kualitas pendidikan di Indonesia pasti akan berujung pada kelemahan kompetensi yang dimiliki oleh guru-guru kita.
Ketika persoalan kualitas pendidikan dikeluhkan karena guru-guru yang kurang kompeten, sudahkah kita melirik persoalan kesejahteraan dan penghargaan yang diberikan kepada guru-guru tersebut?
Inilah yang harus dipikirkan kita bersama sebab ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa kinerja yang baik berbanding lurus dengan kesejahteraan serta penghargaan yang diperhatikan.
Di Indonesia, guru terus berhadapan dengan berbagai persoalan pelik. Mulai dari sengkarut nasib guru honorer, gaji guru yang tidak menyejahterakan, kurikulum yang membingungkan dan menjauhkan anak dari karakter terpuji, hingga tekanan hidup guru yang makin tinggi. Di sisi lain, peran guru juga tampak tak dihargai dengan sepatutnya, guru seolah hanyalah mesin produksi bagi generasi.
BACA JUGA:APK Masih Banyak Bertebaran
Persoalan kesejahteraan guru semestinya tidak dianggap selesai ketika digelarnya program pemberian tunjangan profesi guru (TPG) yang dikenal dengan tunjangan sertifikasi guru.
Mengapa demikian? Sebab masih banyak guru-guru yang belum mendapatkan tunjangan tersebut terutama para guru honorer yang jumlahnya tidak sedikit.
Koordinator Nasional (Kornas) Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menyatakan, saat ini kesejahteraan guru terutama guru honorer masih belum baik.
Bahkan, kata dia, banyak guru-guru honorer yang mendapatkan gaji hanya sebesar ratusan ribu per-bulan, ada yang Rp200.000/bulan, Rp300.000/bulan, dan Rp400.000/bulan setara dengan harga roti para crazy rich yang ada bergaya hedon. (kompas.com: melihat-kesejahteraan-guru-selama-10-tahun-pemerintahan-presiden-jokowi).
BACA JUGA:Bawaslu Kuningan Tangani Sejumlah Pelanggaran Pilkada 2024
Kesejahteraan yang dibutuhkan para guru bukan hanya kesejahteraan materi atau finansial saja, tetapi kesejahteraan mental pun sangat dibutuhkan.
Salah satu kesejahteraan mental yang dibutuhkan guru adalah terkuranginya beban tugas administrasi yang selama ini membelenggu pengembangan kompetensi serta kreativitas.
Berbagai beban tugas administrasi tentu saja sangat menyita waktu bagi guru untuk mengembangakan kompentensinya maupun untuk mendapatkan waktu luang dalam pembimbingan kepada siswa.
Sudah saatnya pemerintah saat ini mulai memperhatikan kesejahteraan guru baik mental maupun material.