CIREBON-DPRD Kabupaten Cirebon prihatin terhadap kondisi Pasar Batik yang tidak terawat dan sepi.
Padahal, pembangunan pasar plat merah tersebut menelan anggaran miliaran rupiah.
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Cirebon, R Hasan Basori MSi menyampaikan, pihaknya mendorong Ruanf Diskusi Cirebon (RDC) menjadi tokoh intelektual yang bisa mengkoordinir komunitas.
BACA JUGA:Soal Maju Pilkada Kota Cirebon, Gus Mul: Masih Dibahas
Pun ikut andil mencari formulasinya untuk bisa meramaikan Pasar Batik.
“RDC ini dikenal dengan kepiawaiannya dalam dunia akademis dan sosial, diharapkan dapat berperan aktif dalam mencari solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Pasar Batik,” kata pria yang akrab disapa RHB itu.
Menurutnya, pemerintah daerah pun harus bisa merumuskan strategi yang tepat untuk menarik minat masyarakat kembali kepada produk batik lokal.
BACA JUGA:Repdem Kota Cirebon Balik Kanan dari BRB
“Kami melihat potensi besar dalam diri RDC untuk menjadi jembatan antara pengrajin batik, pelaku usaha, dan pemerintah. Harapannya, pasar batik bisa kembali hidup dan berkembang,” ungkapnya.
RHB menjelaskan, industri batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia, telah lama menjadi bagian penting dari perekonomian lokal.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Pasar Batik mengalami penurunan signifikan. Berbagai faktor seperti persaingan dengan produk tekstil modern, kurangnya inovasi dalam desain, serta minimnya promosi menjadi tantangan utama yang dihadapi.
BACA JUGA:Sejumlah SD di Kabupaten Cirebon Minim Siswa Baru, Segini Jumlahnya
“Ini menjadi tantangan Pemkab Cirebon,” ungkapnya.
Seperti diketahui, geliat perekomian sentra Pasar Batik Trusmi jalan di tempat.
Penurunan jumlah pengunjung serta lesunya penjualan membuat para pedagang semakin terpuruk. Pemerintah Kabupaten Cirebon pun dipaksa memutar otak. Pasalnya, kondisi Pasar Batik mati suri.