Pelemahan Rupiah sebesar 38 poin menjadi Rp16.413 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.375 per dolar AS dipicu oleh kenaikan tingkat kepercayaan konsumen AS, naik dari 100,4 menjadi 101,3. Hal ini semakin membuka peluang bagi Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, peningkatan kepercayaan konsumen AS dan data indeks manajer pembelian yang kuat memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan memiliki cukup ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
“Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini dari data indeks manajer pembelian yang kuat (51,7 dari sebelumnya 51,0) dan pembacaan kepercayaan konsumen memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan memiliki cukup ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ungkap Ibrahim Assuabi dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (26/6).
Gubernur Fed AS, Michelle Bowman, juga membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS karena sulitnya penurunan inflasi.
BACA JUGA:Astra Daihatsu Sigra Jadi Mobil Pilihan Utama Keluarga Indonesia
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa pernyataan pejabat Fed telah mendorong kenaikan indeks saham AS, yang bergerak di atas 105,60 dari sebelumnya 105,40. Sementara penguatan indeks harga rumah AS sebesar 0,2 persen, dari sebelumnya 0,1 persen, ikut menaikkan indeks saham AS.
Menurutnya, kenaikan indeks dolar AS ini merupakan efek dari data ekonomi AS yang menunjukkan kenaikan, seperti data harga rumah dan tingkat keyakinan konsumen AS, yang masih berpotensi menyumbang inflasi AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke level Rp16.435 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.379 per dolar AS.
Terpisah, Anggota Komisi XI DPR Puteri Anetta Komarudin, menilai bahwa penguatan fundamental ekonomi Indonesia sangat penting demi mempertahankan tren penguatan nilai tukar rupiah secara berkelanjutan di pasar valuta asing.
BACA JUGA:DPR Minta Kapolri Tindak Tegas Oknum Polisi yang Diduga Siksa Bocah Berujung Maut di Padang
"Nilai tukar atau kurs rupiah terus menguat, penguatan ini menjadi sinyal positif yang harus terus dijaga karena pada dasarnya kondisi fundamental ekonomi kita tergolong kuat," ujar Puteri dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Dia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif baik, yaitu sebesar 5,11 persen, inflasi yang rendah sebesar 2,84 persen, pertumbuhan kredit sekitar 12 persen, serta level PMI Manufaktur Indonesia yang tetap terjaga pada level ekspansif selama 33 bulan berturut-turut. Menurut Puteri, kondisi ini menjadi modal untuk tetap optimis terhadap rupiah yang terus menguat.
Untuk menjaga kurs rupiah, Puteri meminta pemerintah untuk mengelola APBN secara prudent dan akuntabel guna meningkatkan kepercayaan investor dan pasar, terutama dari segi keberlanjutan pengelolaan fiskal ke depan.
"Sejauh ini, kami melihat pemerintah terus menjaga kondisi makro fiskal secara baik, yang tercermin dari rasio perpajakan yang tumbuh dua digit, defisit yang terjaga di bawah 3 persen, hingga rasio utang yang terkendali dalam batas aman," katanya.
BACA JUGA:PPATK Ungkap Ribuan Anggota DPR-DPRD Judi Online, Transaksinya Capai Rp 25 Miliar