Pemerintah Daerah Kota Cirebon gencar melakukan aksi pencegahan stunting, termasuk memberikan asupan gizi kepada warga masyarakat Argasunya pada Selasa (28/5).
Acara ini dihadiri oleh Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesra, Sutikno AP, Ketua Dharma Wanita Persatuan Nr Madyawati SH, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB), serta Rumah Zakat.
Kegiatan semacam ini memiliki sifat berkelanjutan, sehingga sinergi pentahelix dapat terus berlangsung dalam upaya penurunan stunting di Kota Cirebon.
Seperti yang diketahui, persoalan stunting telah menjadi agenda pembangunan nasional.
BACA JUGA:Sinergi Amankan Aset Negara
Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesra, Sutikno, menjelaskan bahwa stunting tidak hanya mengenai pertumbuhan anak yang terhambat, namun juga berkaitan dengan perkembangan otak yang kurang maksimal.
Secara nasional, kata Sutikno, angka stunting ditargetkan turun menjadi 14 persen di tahun 2024.
Prevalensi stunting di Jawa Barat dari 2013 hingga 2019 kurang lebih 9,1 persen dengan rata-rata penurunan sebesar 1,51 persen per tahun, sedangkan di Kota Cirebon mencapai 13,6 persen.
“Tingkat prevalensi stunting yang masih tinggi, perlu segera kita atasi bersama. Baik Pemerintah Daerah Kota Cirebon maupun swasta harus bersinergi dan bersatu dalam upaya penanggulangan stunting,” ujar Sutikno.
BACA JUGA:PO Bus Putera Fajar yang Bawa Rombongan SMK Lingga Depok Bodong, Asal Tempel Lambang
Selanjutnya, di tingkat kelurahan, bidan desa dan petugas gizi puskesmas bersama dengan kader di masing-masing kelurahan, saya berharap untuk terus melakukan penelusuran penemuan bayi dan balita yang berpotensi stunting.
“Terima kasih kepada Rumah Zakat Indonesia yang telah bersinergi dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting di Kota Cirebon pada hari ini,” ujarnya.
Ketua DWP Kota Cirebon, Madyawati, menjelaskan bahwa berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Kunci pencegahan dan penanganan kasus stunting adalah 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK), sehingga perhatian kepada ibu hamil dan balita di bawah dua tahun, baik melalui intervensi gizi spesifik maupun intervensi sensitif, perlu terus kita upayakan.
BACA JUGA:Suhendrik Sambangi Aher Alias Ahmad Heryawan