“Kami kasihan kepada para petani karena kondisi tanaman sudah mulai tumbuh bulir padi hingga beberapa di antaranya dalam beberapa bulan ke depan masuk panen MT I," tuturnya.
Akibat banjir tersebut, banyak warga terutama petani yang mengeluh karena khawatir berpengaruh terhadap hasil panen.
Menurutnya, banjir tersebut disebabkan oleh beberapa factor, selain curah hujan lokal tinggi yang tidak bisa dihindari.
BACA JUGA:12 Pejabat Ini Berebut Posisi Kepala Dishub, Ada Pejabat yang Sering Ikut Open Bidding
Kondisi Sungai Cibuaya yang sudah dangkal dan perlu normalisasi, serta keberadaan Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) juga ikut memberikan dampak banjir di wilayah Jatitujuh, karena penyempitan irigasi.
Untuk normalisasi sungai sendiri, kata Ana, pihak BBWS sudah beberapa kali datang melakukan pengukuran.
Namun sampai banjir ini kembali terjadi karena program normalisasi tidak kunjung dilaksanakan.
Meski demikian, curah hujan katagori lokal ini banjir cepat surut. Wilayah di hilir sudah alih fungsi terutama terkait resapan air.
BACA JUGA:Tahapan Pendistibusian Logistik Pemilu Dimulai, Hari ini Kotak Suara di Kirim ke PPK
Pasalnya selain daerah resapan air yang berkurang, namun juga air di wilayah BIJB dibuang ke wilayah hilir melalui Sungai Cibuaya.
“Air dari hilir dibuang ke aliran Sungai Jawura dan bermuara ke Sungai Cibuaya"
"Sedangkan kondisi sungai sudah dangkal sehingga tidak bisa menahan debit air yang besar. Akibatnya beberapa areal persawahan terdampak banjir,” bebernya.
Pihaknya berharap kepada pemerintah daerah dan BBWS untuk secepatnya mengambil solusi terkait dengan permasalahan ini.
Menurutnya selain program jangka panjang dengan normalisasi sungai, juga perlu solusi jangka pendek agar para petani bisa terhindar dari gagal panen.
Jika dilakukan normalisasi tidak mungkin dengan kondisi secepatnya apalagi sekarang ini.
Namun dari beberapa desa terdampak butuh solusi secepatnya sebelum kondisi banjir kembali terjadi saat puncak musim penghujan.