Oleh: Tjok Istri Sintawati
DEWASA ini, nampaknya YouTube kian menjadi arena untuk memperoleh pendapatan ekonomi yang menggiurkan. YouTuber lantas menjadi profesi yang semakin masif dilakoni oleh banyak orang.
Mereka berlomba-lomba menyajikan konten-konten menarik untuk menarik atensi penonton dan memperoleh popularitas.
Jika menilik lebih lanjut, yang sebenarnya terjadi dalam arena YouTube tak lain adalah kontestasi atas berbagai modal dari YouTuber itu sendiri.
Berbagai modal, baik modal budaya, sosial, simbolik, maupun ekonomi, digunakan untuk memperjuangkan kepentingan atau tujuannya. Modal-modal ini saling terhubung satu sama lain dan menguatkan posisi YouTuber dalam sebuah arena YouTube.
BACA JUGA:Lewis Hamilton Ingin Terus Membalap hingga Usia Kepala Empat
YouTube sendiri saat ini menjadi salah satu platform media sosial yang paling banyak digunakan. Di Indonesia, jumlah penggunanya menyentuh angka 139 juta jiwa atau lebih dari setengah populasi penduduknya (Katadata.co.id, 2023).
Dengan basis penggunanya yang besar, segala tindakan ekonomi yang dilakukan melalui platform ini tentunya akan berpotensi untuk memperoleh nan besar pula.
Setidaknya, ada dua mekanisme umum yang kerap digunakan YouTuber untuk memperoleh manfaat ekonomi. Yang pertama yaitu dengan mengandalkan fitur Youtube Partner Program (YPP), ini memungkinkan pengguna untuk memonetisasi konten unggahannya dari iklan yang diselipkan pada tayangan video mereka.
Melalui fitur ini, YouTuber dapat memperoleh pendapatan mulai dari ratusan hingga puluhan juta rupiah. Pendapatan YouTuber pemula dengan tayangan 1000 views bisa memperoleh sekitar 245 ribu rupiah sementara bagi YouTuber dengan 1 juta pengikut (subscribers) mencapai 14 juta rupiah atau lebih (Katadata.co.id, 2022).
BACA JUGA:Persib Rombak Pemain, Ada Kekhawatiran dari Legenda
Mekanisme lain yang kerap dimanfaatkan YouTuber adalah dengan menyediakan konten iklan berbayar bagi brand yang ingin mempromosikan produknya pada masyarakat luas.
Semakin besar massa yang dimiliki oleh YouTuber, maka semakin besar pula pengaruh yang mereka hasilkan di masyarakat. Alhasil, tarif jasa (rate card) mereka pun akan semakin tinggi.
Tak mengherankan bila akhirnya profesi di sektor ekonomi informal seperti menjadi YouTuber lantas kian menjadi pilihan bagi masyarakat kita.
Geliat masyarakat Indonesia untuk menekuni profesi YouTuber dapat ditunjukkan melalui pertumbuhan kanal YouTube dengan lebih dari 1 juta subscribers sebanyak 1.300 kanal dan 16.200 kanal dengan jumlah subscribers lebih dari seratus ribu (Beritasatu.com, 2022).