Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa sepekan ke depan, mulai dari Kamis (7/11) hingga Selasa (12/11), cuaca ekstrem akan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Masyarakat dan pemerintah setempat diharap waspada.
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan, cuaca ekstrem itu berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai kilat/petir atau angin kencang selama sepekan.
Kondisi ini terjadi karena beberapa faktor yang memengaruhi dinamika atmosfer di Indonesia yang berdampak pada potensi peningkatan intensitas hujan di sejumlah wilayah. Dampak peningkatan hujan ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari, namun juga berpengaruh pada aktivitas penerbangan dan pelayaran.
"Kami juga mengimbau kepada pengguna, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi, terutama laut dan udara, untuk juga mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem ini," ujar Guswanto dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (7/11).
BACA JUGA:Jadi Tersangka, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor Kabur, Ini Kata Kemendagri
"Juga kepada nelayan untuk tidak memaksakan diri melaut jika cuaca sedang buruk. Pantau terus kondisi cuaca, angin dan tinggi gelombang melalui aplikasi InfoBMKG," tambahnya.
Di sisi lain, BMKG juga memonitor adanya Siklon Tropis Yinxing di sekitar Laut Filipina. Siklon ini, terang Guswanto, memengaruhi dinamika cuaca di wilayah Indonesia.
"Siklon Tropis Yinxing diprediksikan meningkat intensitasnya dalam 24 jam ke depan dan teramati bergerak semakin menjauhi wilayah Indonesia," ungkapnya.
Namun begitu, ia menegaskan bahwa pertumbuhan Siklon Tropis ini dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan di wilayah Indonesia dalam 24-48 jam ke depan. Hal itu bisa berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
BACA JUGA:Berbagi Pengalaman Menghadapi Stigma
“Selain itu, pengaruh siklon ini juga menyebabkan peningkatan tinggi gelombang laut antara 1,25 hingga 2,5 meter (kategori laut sedang) di wilayah Perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera," terang Guswanto.
Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik, Andri Ramdhani menambahkan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG, diketahui bahwa fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial juga berdampak pada meningkatnya ketersediaan massa uap air basah dan memicu gangguan pola angin yang dapat mendukung pertumbuhan awan-awan hujan.
Di saat bersamaan, ia menerangkan bahwa labilitas lokal yang kuat serta adanya pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di beberapa wilayah di Indonesia mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.
"Maka dari itu, dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak ikutannya berupa bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia," pungkas Andri. (jp)