Berbagi Pengalaman Menghadapi Stigma
RENCANA AKSI: FKDC menguatkan Kelompok Inklusi dan Kelompok Difebel Desa dalam pertemuan penyusunan rencana aksi kolaboratif pada Minggu (27/10).-ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON -
CIREBON – Forum Komunikasi Difabel Cirebon (FKDC) memperkuat Kelompok Inklusi dan Kelompok Difabel Desa dalam pertemuan penyusunan rencana aksi kolaboratif pada Minggu (27/10) lalu.
Diskusi hangat dan penuh semangat mewarnai pembahasan tentang berbagai tantangan nyata, seperti stigma sosial yang masih mengakar terhadap orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK), serta minimnya aksesibilitas bagi difabel.
Pertemuan tersebut juga menjadi wadah bagi para peserta untuk saling mendukung dalam implementasi kegiatan.
Antar kelompok dapat berbagi pengalaman pribadi dalam menghadapi stigma dan menyampaikan harapan mereka untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.
Kegiatan yang diselenggarakan di sekretariat FKDC ini bertujuan untuk merumuskan program kerja yang kuat dan berkesinambungan untuk tahun 2025, serta mengintervensi proyek nihil kusta yang didukung oleh Yayasan NLR Indonesia.
Proyek ini memiliki outcome untuk mewujudkan persamaan hak dan kesempatan bagi penyandang disabilitas dan OYPMK.
Ketua FKDC, Abdul Mujib, menekankan pentingnya setiap kelompok untuk memiliki visi dan misi yang jelas.
Ia mengatakan bahwa penting bagi setiap anggota kelompok untuk memiliki mimpi yang dapat dibayangkan secara nyata.
Mujib mengajak peserta untuk menggambarkan visi kelompok dan membayangkannya dengan jelas agar lebih mudah untuk mengimplementasikan.
Selain membahas hal-hal strategis, dua Kelompok Inklusi dan tujuh Kelompok Difabel Desa yang hadir juga didorong untuk mengembangkan harapan tinggi dalam menciptakan perubahan positif.
Salah seorang peserta dari Desa Astanajapura, Usman, menyatakan kegembiraannya bisa terlibat.
Ia berharap rencana aksi ini dapat mengubah stigma dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi OYPMK dan difabel dalam bermasyarakat.
Pada akhir kegiatan, FKDC memberikan penguatan dan apresiasi atas komitmen kedua kelompok inklusi dan tujuh kelompok difabel desa yang hadir.
Pertemuan ini diyakini sebagai langkah penting untuk memperkuat solidaritas, sekaligus mewujudkan desa yang inklusif dan ramah bagi setiap warganya. (ade)