Stigma Patriarki Perempuan

Ilustrasi diskriminasi terhadap perempuan.-istimewa-radar cirebon

BACA JUGA:Dimenangkan Warga Mundu Pesisir, Nasabah Pertama Tabungan Ciremaiku

Hal ini secara tidak sadar terjadinya patriarki, di mana patriarki ialah sistem yang tidak adil dan merugikan banyak pihak, terutama perempuan yang harus bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga dan anak, sedangkan laki-laki tidak.

Karena, ketidaksetaraan gender membuat perempuan merasa tidak di harga dan memilih untuk mengakhiri rumah tangganya.

Perempuan yang terjebak dalam hubungan toxic hingga KDRT bisa jadi enggan berpisah dengan pasangannya karena takutnya akan status janda yang memikul banyak dicap negatif oleh masyarakat.

Padahal dalam situasi tersebut, menjadi janda adalah salah satu cara dan bentuk harapan untuk menyelamatkan diri sendiri dari kekerasan dan pasangan toxic.

BACA JUGA:Warga Srengseng Doakan Bupati Nina Kembali Pimpin Indramayu Dua Periode

Menjadi seorang janda adalah hal tidak salah dan perceraian bukanlah akhir segala-galanya. Setiap orang berhak untuk menjalani hidup yang bahagia, terlepas dari status pernikahannya.

Janda bukanlah pilihan, melainkan sebuah keadaan yang terjadi karena berbagai alasan.

Stigma terhadap janda sangat perlu dihilangkan karena berdampak tidak hanya ke janda tapi juga ke masyarakat. Di mana masyarakat akan terus berperilaku patriarki.

Menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah daripada laki-laki, yang dianggap tidak berharga dan tidak mampu hidup mandiri. 

BACA JUGA:332 Unit Rutilahu Diperbaiki Tahun Ini, Serap Rp4 Miliar APBD

Secara tidak langsung mengartikanperan perempuan hanya bisa bergantung pada laki-laki. Hal ini kemajuan kesetaraan gender selalu terabaikan dan bertindak diskriminasi terhadap perempuan berstatus janda di berbagai aspek kehidupan.

Sebuah cita-cita penuh harapan, apabila stigma ini telah musnah, di mana perempuan yang kehilangan pasangannya tidak lagi dihantui dan takut oleh label negatif dan diskriminasi.

Dengan hilangnya stigma janda ini dapat mewujudkan kesetaraan gender dan keadilan. Di mana masyarakat lebih menghargai semua orang, tanpa diskriminasi berdasarkan status pernikahan.

Janda memiliki akses yang sama terhadap peluang pendidikan dan pekerjaan. Bebas dari stigma, janda memiliki kesempatan yang sama untuk membangun keluarga baru dan menjalani kehidupan yang bahagia. (*)

Tag
Share