Lepas Landas atau Terhempas di Landasan?
BACA JUGA:Praja IPDN Validasi Data Warga Miskin di Majalengka
Otoritarianisme pada akhirnya berkorelasi dengan korupsi dan nepotisme yang menggurita pada kelompok elite pendukung dan keluarga Suharto.
Korupsi menyebabkan penguatan ekonomi tidak pernah bisa berjalan efektif. Janji-janji keterbukaan dan transparansi kebijakan Pemerintah tidak pernah terlaksana.
Cakrawala Pembangunan Pascareformasi
Setiap rezim merasa konsep pembangunannya menghasilkan dan berdampak. Faktanya, semuanya akan selalu bernilai relatif.
BACA JUGA:Libatkan Calon Tenaga Kerja, Bakesbangpol Canangkan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih.
Sebab, tantangan setiap zaman memang berbeda. Reformasi (setelah jatuhnya rezim Orde Baru) membawa perjalanan Indonesia menuju liberalisasi ekonomi dengan membuka pasar.
Capaian pembangunan pascareformasi tetap saja fluktuatif beriringan dengan dinamika politik dan efektivitas pelaksanaan kebijakan secara umum.
Arah pembangunan pascareformasi (apabila dikaji dari berbagai kebijakan pemerintahan setelah Suharto) sebetulnya berfokus pada empat pilar utama, yaitu pilar pembangunan nasional, pilar pembangunan lingkungan, pilar pembangunan ekonomi, dan pilar pembangunan hukum dan tata kelola.
Secara lebih spesifik, pilar-pilar tersebut harus berorientasi pada pemerataan dan percepatan pembangunan dari berbagai sektor.
BACA JUGA:Belum Memilki Sertifikat
Pembangunan harus bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Selama itu tidak tercapai, klaim-klaim terkait keberhasilan pembangunan patut diduga sangat subjektif.
“Kita tidak bisa melakukan pengecekan per-kepala untuk memastikan setiap orang telah sejahtera, lagipula definisi sejahtera juga bisa jadi berbeda-beda,” kata seorang teman.
“Ya kalau begitu tidak boleh juga terburu-buru membuat klaim bahwa pembangunan berhasil kalau tidak bisa memastikan kesejahteraan benar-benar terjadi,” saya menimpali.
Bagi saya, pada akhirnya, setiap konsep pembangunan perlu memiliki fondasi berupa sistem pemerintahan yang berkualitas.